Menjual Diri Sendiri

Kali ini gw gak mau nulis masalah keindahan, karena bosen juga yaa tulisannya mengenai keindahan mulu. Gw pengen ngasih yang lain aja ketika nulis.

Orang kadang suka sebel ketika gw mosting link blog gw. Sebenernya maksud gw gak pengen supaya blog itu dibaca sama orang. Walaupun gw ngelakuin sesuatu bentuk marketing, tapi gw cuma ingin mengajak atau mengimbau orang supaya nulis. Karena menurut gw nulis itu adalah bentuk apresiasi atau penumpahan terhadap yang terjadi dalam hidup. Sedap banget gak tuh gw, hehehehe.

Sekarang gw cuma mau ngangkat masalah marketing. Marketing kadang dimaknai orang sebagai jualan. Marketing cenderung bermakna menjual sesuatu. Nah, itulah yang sedang dilakukan sama gw, yaitu menjual diri gw ke perusahaan-perusahaan advertising bahwa gw ingin memberikan kontribusi yang gw punya.

Ternyata marketing itu susah juga ya. Jualan apalagi ngejual diri, susah banget ternyata. Karena dalam kenyataannya gw udah sebulan menganggur. Dalam sebulan gw udah lima kali interview, dan ternyata belum dipanggil. Berarti apa? Gw harus menjual diri gw lebih keras lagi. Agar perusahaan-perusahaan itu menoleh dan memilih gw untuk bekerja dengan mereka.

Asli! Seharian ini gw lagi-lagi mencoba menjual diri gw ke orang-orang ke perusahaan-perusahaan. Tapi, yang terjadi malah gw gak dapet celah sama sekali untuk mencoba masuk dan memasarkan diri gw. Yaudah deh, gw seharian browsing-browsing gak jelas aja. Sambil maen kaskus, dan ngobrol sama Zalkia.

Dia teman gw hari ini, karena seharian ngobrol aja lewat facebook. Baguslah, walaupun gw di rumah, tapi gw masih punya teman ngobrol. Gw tadi sempat terbersit ide sama dia tentang tangan. Karena gw bilang ke dia kalau dosen gw di kampus, Bu Felicia (Sis), pernah bikin disertasi untuk gelar doktor mengenai kosakata apa aja yang ada dari sebuah benda yaitu tangan.

Kalau dipikir-pikir iya juga sih, mulari dari ngupil, nyebok, nampar, tos, ngulek, ngegali, ngorek, ngobel, motong, nonjok, dan lain-lain. Eh langsung aja kepikir gw tentang betapa bermaknanya tangan sebagai benda. Eh dia malah bersikeras kalau ngobel itu sama dengan ngorek sesuatu dengan jari. Gw juga gak mau kalah dan bilang kalau ngobel itu adalah berhubungan dengan pantat.

Eh gak lama pembicaraan sampai pada gw pelacur (pelan-pelan curhat) sama dia. Ngomongin masalah kerja antara Account Executive, Art Director, dan Copywriter. Emang sih ketiga komponen ini dalam mengkonsepkan sebuah ide dari brief yang diberikan klien. Nah, gw langsung curhat aja kalau gw dulu di Narrada cuma jadi komponen yang terpisah.

Gw sebagai CW hanya bertanggung jawab atas konsep copywriting. Dan kalau gw udah ngerjain bagian gw, ya gw boleh pulang. Sempat berdebat juga sama dia, karena dia menganggap kalau masing-masing udah punya job desk masing-masing. Tapi, gw bilang ke Zalki kalau dalam mengerjakan materi semua itu terbentuk sebagai tim. Karena gw bilang gw waktu kerja di tempat sebelumnya, begitu atmosfer kerjanya.

Sempet terjadi perbincangan menarik mengenai dunia gw ini. Dan pada akhirnya gak jelas deh karena ngobrolnya udah kelamaan, hehehehe.

Akhirnya gw memasarkan diri gw bukan ke sebuah perusahaan. Tapi, ke orang yang ternyata banyak banget link ke orang-orang besar periklanan. Langsung kepikiran aja gw mintain tolong ke dia minta kenalin atau gak salamin dah. Siapa tau dia bisa ngebikinin gw kesempatan untuk kerja? Tapi, yaudah deh mudah-mudahan ada yang nyangkut, A-.

Kembali lagi ke masalah memasarkan. Apa gw udah cukup dalam memasarkan diri gw? Belum lah ya tentunya. Karena dalam kenyataannya gw masih belum bekerja. Berarti belum ada perusahaan yang membeli gw kasarnya. Kalau AD punya gambar, kalau CW punya tulisan. Ya itulah senjata yang gw punya dan gw tembakkan ke perusahaan-perusahaan. Belum ada yang tertembak sih, tapi peluru gw akan semakin gw pertajam agar "membunuh" semua yang gw tembakkan.

Serem amat ya gw ngomongnya, orang lagi ngomongin marketing. Tapi, belakangan ini orang-orang di Indonesia dengan gencar menjual dirinya agar terpilih sebagai anggota legislatif. Mulai dari cara yang elegan sampai cara yang cenderung norak. Norak atau elegan tetep menurut gw, kalau ternyata yang norak itu yang terpilih karena sampai ke target audience?

Tetep dalam menjual diri harus diikuti dengan riset mengenai sasaran yang dituju. Karena percuma mengiklankan dengan gaya Gudang Garam tapi sasarannya Sampoerna A Mild. Tentunya semua hal mempunyai kekhasan masing-masing terhadap apa yang ingin dituju.

Terkenal? Itu kalau gw udah ngelewatin banyak fase dalam hidup gw dan telah berhasil menjual diri gw ke semua orang. Wah jadi model aja kali ya gw? Model iklan pasta gigi, bagian gigi jeleknya, heheeheh. Kalau mau berbicara Budiman Hakim, Djito Kasilo, Amrie Noor, Kepra, Glenn Marsalim, Glen Alexander, Rizky Nur Zamzamy, Ricky Persik, Triawan Munaf, Iwan Esjepe, Narga Syakri Habib, Adi S Nugroho, dan masih banyak lagi orang iklan yang sedang berkibar sekarang.

Apakah gw bisa sampai di fase mereka sekarang berada? Tentunya didukung oleh sejauh mana gw memasarkan dan berproses dengan diri gw tentunya dalam industri ini. Mudah-mudahan semua yang gw impikan tercapai dan tentunya dengan pemasaran atas diri gw yang lebih keras lagi.

Hari ini, hanya menjadi hari yang sama seperti sebelum-sebelumnya. Pencarian celah masih menjadi hal untuk gw. Dan gw, cuma bisa berkata, ternyata mencari pekerjaan itu indah ya?

Chitta? Gw sedikit berhubungan dengan dia hari ini. Mungkin dia terlalu sibuk hari ini. Yaudahlah, gw besok akan berusaha menjual diri gw lebih lanjut. Untuk doanya, AYO! DITUNGGU!

Quote: Good marekter is not always good advertiser, but marketer not only Markonah but also Marsogut.

Comments

  1. hahahahaha....
    si Ngobel knp dimasupin juga
    hahahah

    di tuNggu print AD ngobelnyaa..hheee

    teteUp semaNgadd dan oPtimiss !!!!

    klo kt yusuf kaLLa beri bukti bukan janji.. klo kt gw "beri janji baru bukti" gmn mau bukti org janji aj blm..hhehe

    ReplyDelete
  2. ok deh wan.
    gw kayak org giting pas baca posting ini
    euforia sendiri. ngaaahahahahaha.
    jenius!

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

KARYA IKHWAN ARYANDI

Ketipu Sama Ujan

Telah Lahir