Parah Loe...

Hidup ini tak hanya sekedar menunggu keberuntungan. Karena semua orang juga tau kan apa yang harus dilakukan. Saelaahhh... :p Maklum gw dan teman-teman di kantor lagi sibuk memasukin tahap pitching akan produk sebuah bank besar yang sudah memasuki babak kedua. Semua kembali bahu-membahu dalam cara membabi-buta ketika masuk turun ke dalam peperangan ini. Banyak sih yang harus dibenahi dibanding perjuangan saat babak pertama. Sebenarnya lebih sulit sekarang, karena emang gw dan tim harus bisa nunjukkin bukti setelah lolos tahap pertama. Tetapi, segala koreksi dan perbaikan emang harus diputuskan dengan tepat dan cepat. Perjalanan yang emang harus dilaluin emang gak selamanya ringan. Kadang makian dan hardikan saat proses peperangan, harus bisa didengar sebagai pujian. Kalau gak mah yang ada sakit hati mulu. Semua harus bisa direfleksikan dengan positif. Seneng sih gw bisa berada di dalam perjalanan bersama dengan satu tujuan. Yaitu menang. Gw pun yakin dengan semua proses dan keberagaman

Kenapa kalau ngebahas yang namanya kepuasan itu gak akan ada batasnya? Gw pun menyadari kalau yang dinamakan pemuas nafsu itu gak hanya sekedar berusaha mati-matian dan ketika sudah dapet, gak cuma perasaan bahagianya. Tapi, berusaha mempertahankan akan jauh lebih berat. Ya, mungkin meraih sesuatu yang diinginkan akan lebih enak ketimbang hasrat yang gak jelas adanya. Sebut aja punya harta, kekuasaan tinggi, duit banyak, dan banyak hal lain yang gak kalah utopis. Tapi, emang yang dinamakan kerja keras demi meraih kepuasan gak akan ada habisnya. Hal pertama yang harus disikapi adalah mempertahankan apa yang sudah diraih. Banyak yang bilang kalau mempertahankan itu lebih sulit daripada merebut. Gw pun mengerti apa yang sudah diraih itu emang gak mudah untuk dipertahankan. Let say, menjadi seorang pemimpi itu mudah. Yang bingung adalah ketika mimpi-mimpi yang ada sudah gw dapet. Apalagi di saat itu momen yang berhentinya mimpi-mimpi baru. Jadi bingung kan gimana mengatur keberadaan si pik

Ketika perang, apa aja yang harus dipersiapkan? Kadang gw suka mikir kalau sebuah pertempuran itu memerlukan pemikiran yang panjang. Tapi, saat lagi kedempet atau tertekan oleh waktu mungkin membuyarkan semua konsep awal. Ya, namanya juga perang, jadinya semua pertempuran jadi momen yang harus dijalani. Baru-baru ini kantor gw baru aja menjawab sebuah tantangan pitching sebuah bank negara yang bisa dibilang lumayan besar kapasitas bisnisnya. Bank besar itu emang udah jadi klien kantor gw, tapi emang kontrak yang dijalani udah habis dan mereka menciptakanlah perang tersebut. Kemaren malam mungkin jadi momen perang yang harus gw dan tim jalani. Karena malem itu jadi momen emang gw harus bisa menghadapi jika sebuah perang harus dihadapi di depan muka gw. Dan, emang bank besar itu berhasil ngebikin kantor gw jadi kacau-balau alias semrawut. Semrawut dari artian positif sih, karena emang semrawut untuk ngerjain semua materi presentasinya. Gw sih gak ikut dalam roda pertempuran, kare