Perjuangan Terhadap Pengabdian
Gw lagi ngerasa aneh aja nih belakangan ini. Apa yang ngebikin gw jadi kesambet pengen ke kampus mulu ya? Entah kenapa perasaan ingin masuk kembali ke masa lalu itu jadi pikiran gw belakangan ini. Gw jadi pengen kembali ke masa gw kuliah dulu.
Mungkin yang gw sedang lakuin ini adalah sebuah "perjuangan terhadap pengabdian." Karena emang momen yang manggil gw ke kampus belakanga ini adalah Pagupon, entah kenapa gw dateng ke kampus itu cuma untuk ngeliat anak-anak Pagupon. Mereka sedang mempersiapkan pementasan berikutnya bertajuk Naluri di Batas.
Gw ngomong kenapa gw sedang berbicara tentang perjuangan terhadap pengabdian ini karena emang gw sedang ngerasa butuh banget yang namanya mengenang kejayaan gw di masa lalu. Masa lalu gw yang indah bersama Pagupon, dan semua intrik yang ada dan ngebikin gw senang saat ngejalaninnya saat itu.
Ngerasanya sih sekarang gw baru ngerasa emang yang namanya waktu itu gak bisa gw lawan. Sekuat apa, segede apa badan gw, tetepa aja gak bisa kalah dengan bergulirnya waktu. Gw berdiri hari ini udah pasti beda dengan gw esok hari. Tapi, apakah gw bisa melakukan perjuangan terhadap pengabdian itu?
Yang gw lakuin sekarang mungkin adalah sedikit perjuangan gw terhadap "mengabdi" yang sudah seharusnya gw lakukan kepada Pagupon. Nyokap gw sering ngomong, "ngapain sih masih Pagupon? Udah gak kuliah juga." Tapi, di sini gw mau nekenin adalah Pagupon itu pernah jadi sesuatu yang spesial dalam hidup gw. Kalau bisa dibilang Pagupon adalah rumah kedua gw dulu. Apakah gw salah kalau gw berusaha kembali ke rumah itu walau dengan keadaan gw sekarang?
Gw sih gak mau muna. Jujur gw kangen banget ama Pagupon ketika masih gw berada di dalamnya. Yang gw lakuin ini mungkin hanya sejumput dan gak bisa dibandingkan dengan kakak-kakak gw yang lain yang sudah melang-lang buana ke luar sana. Yang pasti mereka akan lebih tau kapan saatnya mereka kembali, kapan mereka harus berbuah sesuai dengan apa yang mereka telah dapat dari rumah burung dara ini.
Gw mungkin salah satu dari burung-burung dara yang sedang beranjak dewasa dan terbang keluar dari sangkar demi mengejar cita-cita di atas awan yang luas sana. Dan, gw sedang mencoba kembali ke sangkar, walaupun sangkar itu sudah sangat luas dan entah berkembang sampai mana.
Ngomong-ngomong tentang perjuangan, apa sih yang jadi masalah kalau denger kata ini? Pasti yang ada di kepala gw bahwa itu sebuah usaha yang dilakukan entah maksimal atau gak, tapi tentunya gw ngelakuin itu demi sebuah hasil yang maksimal. Kadang gw pun gak bisa mendeskripsikan tentang apa yang dimaksud perjuangan itu sendiri. Karena yang gw lakukan tanpa adanya pemikiran, hanya berlandaskan rasa rindu yang teramat sangat dan keinginan diri untuk kembali "mengabdi."
Yang gw suka ngerasa gak enak adalah ketika orang lain beranggapan kalau yang gw lakukan sebenarnya salah, nyokap gw contohnya tadi. Nah, kalau udah begini gw harus bisa mempertanggungjawabkan semua yang gw lakuin ini di depan orang-orang. Kalau bisa gw harus bisa membuat mereka tidak berpikir jelek sebelum gw ngelakuin itu.
Walaupun sebenarnya ketidakenakkan itu adalah sebuah masukan, tapi gw tau kalau yang gw lakukan ini benar, minimal benar untuk diri gw sendiri. Oleh karena itu, gw akan siap menanggung semua resiko atas apa yang akan terjadi atas apa yang gw lakukan. Di sinilah gw akan ngerasa kalau yang gw lakukan ini adalah "berjuang."
Berjuang demi apa? Yaa, berjuang demi diri gw sendiri atas apa yang gw pahami benar adanya. Selain kembalinya gw ke rumah, mudah-mudahan perjuangan akan gw lakukan ke semua sisi dan masalah lain dalam hidup gw ke depannya. Kegagalan, keberhasilan, keberjuangan, tentunya akan berjalan dengan berkesinambungan dalam hidup gw. Semua perasaan akan bercampur aduk hingga gw pun tau kapan gw harus menoleh ke belakang kembali.
Yang bikin gw gak seneng tentang keberjuangan ini adalah kalau gw berjuang sekuat tenaga atas apa yang gw anggap benar, tapi yang gw perjuangkan itu tak memberikan kebaikan baik niat atau keinginan untuk merespon perjuangan yang gw lakukan. Gw gak minta kalau gw berjuang, yang dia, kalian, atau mereka harus berjuang juga. Tapi, gw cuma minta "dihargai." Hargai dalam cara apa? Hargai dalam bentuk merespon. Minimal memarahi gw lah. Dengan begitu gw bisa mengoreksi apa yang gw telah lakukan.
Intinya kalau hanya gw yang berjuang, semua akan terwujud, tapi itu cuma sesuai dengan yang gw harapkan. Bukan kedua belah pihak yang harapkan.
Ya begitulah susahnya perjuangan. Karena dalam sebuah perjuangan di situ terdapat usaha, gembira, sedih, tetes air mata, dan semua hal yang rasanya akan menjadi warna-warni dari perjuangan. Gw berjuang, gw berproses, dan gw pun bisa meneteskan air mata untuk perjuangan itu. Sampai sejauh mana? Ya, cuma gw yang tau sampe sejauh mana.
Apa sih yang gw tanem di dalam benak gw ketika memperjuangkan sesuatu? Ya gak ada kata lain selain PENGABDIAN. Kenapa gw menghubungkan dua kata itu? Gw pengen nekenin kalau perjuangan atas apa yang gw lakukan itu adalah demi gw mengabdi terhadap sesuatu. Apa itu? Yaa, apapun. Misalnya gw berjuang untuk diri gw sendiri, ya itu pengabdian gw terhadap diri gw sendiri. Kalau gw berjuang atas cinta, ya itu pengabdian gw terhadap cinta dan orang yang gw sayang.
Ya kadang emang semua perasaan yang timbul itu harus gw bisa maknai sebagai sesuatu yang akan ngebuat gw tambah dewasa. Walaupun gw kecewa, bahagia, sedih, meneteskan air mata, tapi gw tau gw sedang mengabdikan diri gw dan berjuang atas pengabdian itu.
Satu kata sih yang penting ikhlas. Di situ gw akan bisa berjuang dan mengabdi dengan baik atas apa yang gw anggap benar.
Gitu aja sih, gampang kan?
Comments
Post a Comment