Rindu Rumah

Apa yang sedang gw lakukan adalah penyelaman. Dan apa yang sedang gw lakukan ini adalah sebuah pencarian. Semoga yang gw tuliskan ini menjadi refleksi ke dalam diri gw sebagai pribadi yang baik. Amin.

Kemaren emang gw lagi kesambet banget. Tiba-tiba rindu yang teramat sangat dengan kampus yang ngebuat gw jadi sedikit gila kemaren. Kenapa? Gw tanpa ba bi bu, atau berpikir dua kali langsung melenggang ke "rumah." Tanpa berpikir berapa biaya tol dan bensin, tanpa berpikir hal apa pun yang bakal bikin ngeberatin gw ke kampus, dan semua hal yang seharusnya dipikirkan, tapi kemaren gw dobrak. Gw akhirnya melenggang ke kampus tanpa pikir panjang.

Tanpa berharap akan bertemu dengan siapa, gw melajukan mobil gw ke arah Tanjung Barat dan memasuki Lenteng agung. Di sinilah bayangan-bayangan kejayaan gw mulai terpanggil kembali dengan mudahnya. Memori-memori lama gw terpanggil dengan cepat dan membuat gw semakin gak sabar untuk sampe di kampus lebih cepat. Pada akhirnya gw pun ngerasa kalau gw memasuki gerbang Universitas Indonesia, tempat gw beranjak dewasa dulu.

Dengan deru suara diesel yang gw tunggangi membuat gw semakin gak lupa akan memori-memori mulai dari stasiun UI tempat yang selalu gw lewati dulu sebelum ke kampus, bundaran psikologi, FISIP, dan akhirnya masuk ke kampus gw tercinta, FIB.

Melewati teater daun, memori gw langsung kepanggil memori-memori yang gak akan pernah gw lupain. Mulai dari Petang Kreatif yang meraih juara 3, latihan Pagupon dan beberapa pementasan Pagupon, bahkan memori tentang gw yang duduk sendiri merenung ketika dirundung masalah kuliah yang ngebuat gw ternyata pernah berada di tempat indah ini.

Memasuki Kansas, memori gw jauh lebih banyak lagi kepanggil dan menjadikan gw sangat rindu akan tempat ini. Sejauh mata memandang, ternyata gw sudah lama meninggalkan tempat yang sangat bermakna ini.

Kansas, ya hanya satu kata simpel ini menyimpan jutaan makna untuk gw. Tempat gw nongkrong, tempat gw merasakan kehangatan kampus, tempat gw belajar mengenal dan memaknai cinta, tempat gw makan, tempat gw tidur, tempat gw mencari jati diri gw yang sebenarnya, dan tempat yang gak bakal gw lupain SEUMUR HIDUP gw. Kantin berbentuk kerucut yang kalau hujan bocor mulu ini, tempat yang paling asri dibandingkan sudut-sudut kampus yang lain.

Di tempat ini juga gw ngerasa kalau diri gw ternyata sudah lama "pergi." Malam pun semakin larut, waktu menunjukkan pukul 7. Gw duduk di sudut meja biru yang sedang dipenuhi anak-anak Pagupon, memanggil semua memori lama yang lain yang tak kalah indahnya.

Gw pun langsung menyambangi anak-anak Pagupon yang ternyata gak ada sama sekali beban di mata mereka. Pagupon sebentar lagi akan menyelenggarakan pementasan bertajuk Naluri di Batas. Dan, ketika gw sampai mereka baru aja selesai latihan.

Tidaaaaaaak, gw kangen masa-masa latihan bersama Pagupon. Gw kangen SANGAT! Kenapa ketika gw lagi kesambet ingin ke kampus Pagupon udah selesai latihannya? Gw pengen ikut nimbrung sebenarnya dalam keriuhan dan kehangatan latihan Pagupon. Memori tentang mengikuti rangkaian pementasan demi pementasan yang ngebuat gw kangen banget. Sidharta, Perkawinan, Lelaki di Bawah, Balada Terbunuhnya Atmo Karpo, Matahari di Belakang, dan beberapa judul yang emang ngebuka memori indah gw tentang perjalanan gw bersama Pagupon.

Walaupun gw seumur hidup ditakdirkan sebagai tim seting, tapi di "rumah" inilah gw ngerasain dihargai, gw beranjak dewasa, gw mengenal konflik, gw mendapatkan ilmu, gw mendapatkan orang-orang terbaik yang ngebuat gw selalu senang, dan semua memori indah yang gw pun akan berlinang air mata ketika mengingatnya. Gw rindu mereka, gw rindu persahabatan kita, gw rindu perjalanan kita menuju sebuah pementasan, gw rindu semua konflik yang ada, gw rindu itu kawan. Gw rindu Pagupon!

Jadi sedih juga ngeliat diri gw sekarang yang cuma bisa "kalah" dan tenggelam bersama pekerjaan. Gw gak bisa kembali dan mengabdi ke "rumah" gw itu. Baik kampus, kansas, Pagupon, dan semua hal yang pasti akan ngebuat gw semakin dewasa.

Gw rindu masa kuliah!

Sesampainya di Kansas, gw hampir udah gak mengenal siapa-siapa yang ada lagi di tempat itu. Orang-orangnya gak ada yang gw kenal. Ke mana keramaian yang ketika bercengkrama di sana tak ada beban sedikit pun ada di pikiran kita? Gw rindu teman-teman gw yang kalau jam 12 siang sudah memadati kansas untuk mencari sesuap nasi (dalam makna sebenarnya). Meja biru, Indonesia dan Rusia. Meja kuning, Jerman dan Inggris. Meja oren, Filsafat, Sejarah. Lorong gedung 8, Jepang dan beberapa jurusan Diploma. Meja hijau anak Jawa dan anak Perpustakaan.

Di tempat inilah gw ngerasai pergerakan yang sangat militan dan emang ngebuat gw semakin menikmati dinamika dalam kehidupan kampus. Apalagi sebagai motor, 2004, selalu ngadain kongres dadakan di meja oren kalau mau mengadakan pergerakan. Khususnya kalau ada masalah mengenai tikus-tikus Senayannya kampus. Seperti layaknya kongres PBB yang terdiri dari banyak negara, gw dan semua anak kansas selalu berkumpul dengan satu niat, BERGERAK. Karena hanya itu yang membuat kami, angkatan 2004, kompak walaupun kami sudah gak berada di "rumah" kita itu.

Bahkan sampe sekarang perasaan memiliki di antara kami pun masih sangat terasa. Kalau emang diperbolehkan waktu, kami akan segera menyempatkan diri untuk mecoba bertemu. Meski hanya sekedar melihat, berjabat tangan, memeluk, dan merasakan bahwa yang gw peluk itu kawan, kawan gw dulu dan kawan gw sekarang. Pelukan hangat dan pertanyaan "kabar gimana" itu ngebuat gw emang sangat merindukan masa-masa kejayaan kita ketika masih berada di bawah satu payung THE YELLOW JACKETS itu.

Gw bener-bener ngerasain flashback yang sangat amat terasa ngeliat keadaan kampus sekarang. Gw melihat ke belakang, gw mengenang, dan gw menangis karena gw udah gak berada di rumah itu. Kampus, tempat gw belajar, tempat gw bercinta, tempat gw menyanyi, tempat gw mengenal senior dan junior, tempat gw merasakan betapa hangatnya dulu. Gw rindu dan ingin kembali ke masa itu.

Andaikan diberikan kesempatan, gw ingin rasanya menikmati semua hal yang gw lakukan di masa silam. Padahal gw baru lulus setahun yang lalu dan rasa rindu yang gw rasa udah begitu besarnya. Gw jadi ngerasa "kecil" banget sekarang. "Kecil" di dantara kekejaman dunia luar, dunia pekerjaan yang ngebuat gw harus survive sendirian. Tanpa adanya rangkulan dari teman, teriakan dan semangat dari sahabat, jitakan dan makian kalau salah dari siapa pun, dan semua kisah yang gw dapatkan di masa itu.

Gw tau kalau gw harus terus terbang tinggi ke angkasa dan meraih "kebahagiaan" yang gw idamkan. Tapi, ketika gw kelelahan rumah gw itu harusnya bisa menjawab rindu yang ada di benak gw. Dengan sejuta harapan agar kehidupan di kampus segera pulih kembali seperti sedia kala. Di mana kampus bisa dijadikan sebagai arena berkumpulnya temang seangkatan, teman sejurusan, ataupun antara senior alumni dengan adek-adeknya. Walaupun sekarang suasana sedang carut marut, tapi tak mengkhentikan doa gw untuk kampus.

Doa gw kepada Tuhan, "Tolong kembalikan masa-masa indah seperti dulu yang Engkau hadirkan di masa sekarang."

Mudah-mudahan Tuhan mendengarkan doa-doa yang gw ucapkan. Dan, gw pun berharap agar semua yang gw lakukan semalam itu demi satu niat, yaitu melihat rumah gw yang porak-poranda, kembali menjadi asri, kembali menjadi rindang, di mana tempat yang paling nikmat setelah rumah pertama gw.

Di sini gw ngerasa bersalah banget ama adek gw angkatan 09 Oscar yang semalem gw ajak ngobrol. Dan tentunya Nisa (Temut), yang jadi sasaran gw ngeluarin unek-unek. Tapi, di sini gw mau ngomong kalau yang gw lakukan semalam itu hanya sebuah rasa sayang gw ke adek-adek gw yang sebenarnya bisa mengembalikan "rumah" ke tempat semestinya, kalau kalian emang mau. Gw dan teman-teman yang udah lulus tentunya udah gak punya kekuatan. Cuma berharap kalau ada sebuah kesempatan sekali setahun agar bisa kembali ngariung dalam kehangatan cinta yang emang harusnya kembali ke tempatnya. Alumni lebih mengenal siapa aja yang masih di kampus, mahasiswa berkuliah masih bisa kenal sama alumni-alumni dan senior mereka yang sudah melanglang buana. Apalagi kakak-kakak yang sudah jadi orang.

Ya, gw gak mau aja nanti semua yang masih ada di kampus ini gak punya penuntun ketika mencari kerja. Gw gak mau nanti ketika keluar dari kampus, hanya menjadi single fighter yang gak punya link apa-apa dan siapa-siapa. Dan, apalagi ketika berada di posisi gw sekarang, ketika ngerasa kangen yang teramat sangat dan tanpa pikir panjang langsung melenggangkan diri ke kampus. Gw gak mau aja kalaian ketika ngerasa yang gw rasa sekarang, gak punya tempat berlindung lagi untuk sekedar mencari kehangatan yang tentunya akan gw bela-belain untuk dateng, walaupun itu cuma sejenak.

Akhirnya malam pun tiba di ujung hari, gw harus kembali ke rumah pertama gw. Sebelumnya gw harus nganter Nisa ke tempat makan. Dan, akhirynya dia mengajak gw kembali mengulang kembali kejayaan gw di jalan MARGONDA. Jalan sepanjang 5 km itu udah ngasih gw banyak kenangan juga. Kalau pernah baca tulisan gw sebelumnya, gw pernah menulis kejayaan gw di jalan ini. Dan, ternyata gw lupa di judul yang mana, hehehe.

Memang, burung-burung dara itu akan selalu beterbangan mencari jati diri mereka ke atas awan sana, tapi burung-burung dara itu ternyata masih membutuhkan rumah kok. Rumah tempat di mana burung-burung dara itu lahir, berkembang, dan merasakan kecapan dan kecupan dari manisnya hidup yang panjang ini. Apakah rumah itu masih ada? Atau justru rumah itu sudah tersapu oleh debu yang membawa mereka ke alam yang lebih luas? Gw pun sebenarnya gak tau, karena rasa memiliki itu di gw masih ada, masih sangat ada. Gw masih membutuhkan "rumah."

Jujur, tulisan ini sangat ngebikin gw tambah semangat lagi untuk terbang lebih tinggi ke langit ketujuh di atas sana. Terbang meraih cita-cita yang masih membentang seluas awan putih yang gw arungi. Tanpa berharap gw akan bisa kembali atau tidak, tapi gw berjanji akan menjaga dan membuatnya terpatri di dalam hati gw, bahwa gw masih punya dan membutuhkan "rumah."


Gw rindu rumah, gw rindu masa-masa kuliah, dan gw rindu kalian, SANGAT!

Comments

Popular posts from this blog

KARYA IKHWAN ARYANDI

Perintis Periklanan Itu Bernama Nuradi

Nasi Padang Agensi Jepang