Street Universe

Sebenernya ada kata yang dari kemaren mengganjal di kepala gw. Dua kata itu gw dapetin waktu melenggang pergi bersama saudara kembar gw. Dari kemaren belom ada aja kesempatan untuk mengupasnya.

Street Universe.

Kenapa gw jadi ngebayangin kata-kata ini mulu? Iya karena gw sangat suka dengan makna yang mendalam di balik kata ini. Sebenarnya gw pengen banget ngedapetin apa yang gw dapetin dalam hidup gw ini.

Kalau diterjemahkan secara harfiah, emang frase itu berarti nilai-nilai universal yang gw dapetin di "jalan." Frase itu muncul saat gw dan saudara kembar gw sedang terlibat pembicaraan mengenai kedua abang ipar gw, yaitu bang Irfan dan A'a Kimba. Saat itu pembicaraan sampai pada ternyata uni-uni gw itu gak ngedapetin Ipar dari orang berkelas atau terpelajar.

Bang Irfan itu tidak pernah mengenyam bangku kuliah. Dan A'a Kimba abis kuliah langsung turun langsung melanjutkan bisnis ketring ibunya. Yang pengen gw bahas di sini adalah kedua abang gw ini adalah pelajaran mengenai hidup yang dipelajari langsung dari lapangan. Mereka menghadapi pelajaran, tempaan, dan semua dinamika hidup yang ada dengan baik di lapangan.

Walau begitu, hal ini pun ngebikin mereka sangat tough dalam ngejalanin hidup mereka. Baik secara pribadi maupun rumah tangga mereka. Hal ini membuat gw berpikir. Gw yang emang alhamdulillah mengenyam bangku kuliah, merasakan pengembangan diri lewat lembaga pendidikan formal, dan menjalani karier dengan lempeng-lempeng aja, ngerasa masih belum pantas disejajajarin sama mereka.

Dalam hal ini gw ngerasa kalau street universe itu masih belum gw dapetin. Perjalanan hidup kedua abang gw itu ngebikin gw ngerasain kalau gw masih cetek banget. Ternyata mereka pun sanggup mengambil pelajaran-pelajran universal itu dari semua hal yang mereka jalani. Mereka pun berani meminang uni-uni gw untuk jadi pasangan hidup mereka.

Gw sangat ngerasa emang mereka berdua itu pantas untuk jadi ipar gw. Keluarga gw emang gak konservatif, walaupun alhamdulillah semua pernah mengenyam bangku kuliah. Tapi, dengan adanya keteguhan dan ketulusan yang diusung oleh abang-abang gw itu, jadi mereka berhasil mempercayakan keluarga gw untuk dapat menjalin silaturahmi baru.

Sampe sejauh ini gw ngerasa kalau nilai-nilai universal, apalagi yang didapat di "jalan," itu ternyata bisa dijadikan benang merah kehidupan kok. Apa yang menurut gw itu gak sama secara pengetahuan nilai-nilai universal yang gw tau dan anut, ternyata bisa diharmoniskan dengan baik. Apakah emang nilai-nilai universal itu seharusnya menjadi acuan yang emang bisa diselaraskan?

Gw setuju kalau nilai-nilai universal itu harusnya emang dipelajari gak hanya secara konseptual, tapi penerapannya di lapangan haruslah menjadi bahan acuan. Kalau udah gini, pastinya pembahasan nilai-nilai itu secara individu akan berbeda-beda. Karena apa? Karena gw dan orang lain tentunya akan berbeda dalam pengaplikasian dan penerapan nilai-nilai itu ketika gw sudah mendapatkannya.

Jika sudah berbeda, haruskah diselaraskan? Tentunya harus dong, karena jika tidak pernah satu nilai universal yang dianut seseorang itu akan sama dengan gw. Itulah yang gw maksud dengan keharmonisan. Orang akan mengenal cinta dengan sebuah pemahaman akan sesuatu yang agung dan diperjuangkan. Tapi, ketika itu berbenturan apa yang harus dilakukan? Ya itu dia, mencoba menyelaraskan semua hal sampai pada satu titik loe dapat menemukan jalan keluarnya. Walaupun timbulnya masalah baru itu menjadi jalan keluarnya.

Dalam hal ini gw ngerasain kalau semua hal yang ada di dalam hidup ini adalah bentuk pengaplikasian nilai-nilai universal terhadap semua hal yang terus gw hadapi. Sebuah penantian mengenai "jawaban" itu sendiri menjadi sebuah agenda tersendiri dalam menerapkan nilai-nilai universal tersebut.

Perbedaan.

Harus gak sih kata di atas ini jadi hal yang memutuskan semua hal? Baik dari silaturahmi, kesamaan pikiran, kebaikan memberi, dan semua hal yang ngedukung gw dalam memaknai perbedaan ini haruslah tetap dijadikan sesuatu yang "dijaga." Gw harus tetap ngejaga semua yang berpotensi terputus itu agar tetap memaknai kalau, "perbedaan itu rahmat."

Street universe yang gw punya emang masih belum banyak. Apalagi kalau dibandingkan dengan kedua abang gw itu. Tapi, gw mau belajar mengenai hal itu. Gw mau terus terjun ke lapangan agar bisa mendapatkan nilai-nilai yang indah itu. Karena gw bernapas ya gw belajar. Belajar untuk terus berkembang.

Kadang emang nilai-nilai universal yang gw anut gak sesuai dengan kenyataan di lapangan. Apakah harus gw lari? Gak lah, yang harus gw lakukan adalah hadapi dan berusaha menyelaraskannya. Sejauh mata memandang, sejauh napas masih menghirup, gw harap akan bisa mendapatkan lebih banyak lagi nilai-nilai yang emang harus gw dapatkan dan pelajari.

Entah kenapa gw sangat ingin mengupas mengenai frase ini. Gw jadi semakin ngerasa ingin terus belajar mendapatkan, menjalankan, dan menyeimbangkan semua nilai yang gw anut dengan nilai-nilai baru yang gw baru dapatkan. Menganalisis, mengembangkan, dan menerapkannya menjadi sebuah proses yang terus berjalan dalam hidup gw.

Thanks banget nih buat kedua abang gw yang pagi ini ngasih gw banyak inspirasi. Apalagi gw ngerasa emang butuh sebuah pengupasan mengenai street universe. Mudah-mudahan akan terus membuat gw terus dewasa.

"Peliharalah semua semangat yang ada untuk terus memelihara, menjaga, dan mempertahankannya."

Comments

Popular posts from this blog

KARYA IKHWAN ARYANDI

Perintis Periklanan Itu Bernama Nuradi

Nasi Padang Agensi Jepang