Titik Balik

Titik balik sebenarnya hanya label.
Yang penting bagaimana menjadikannya refleksi ke dalam diri.
Membuat dan membikin semua kejadian selalu memberikan pelajaran.

Di situ aku kan merasa aku adalah Ikhwan Aryandi.

Gw hari ini semakin berasa nunduk banget. Entah kenapa yang udah gw lakuin dan laluin itu semuanya adalah kesalahan. Entah gw ngerasanya gimana, tapi gw sangat ngerasa kurang atas apa yang sudah gw jalanin. Gw sudah kehilangan semuanya.

Dari kemaren yang gw lakukan adalah mencoba "membagi" semua hal yang telah gw laluin. Hampir dari semua yang gw ceritain seperti "menyerang" gw dan menyatakan kalau gw yang salah. Tapi, apakah gw sesalah itu ya?

Gw ngerasa udah ngorbanin semua kebahagiaan yang sesungguhnya mendukung keberadaan gw sebagai pribadi yang masih belajar. Gw kehilangan kerja, gw kehilangan dia, gw kehilangan mereka, dan gw mencoba memahami segala hal yang tertutup ketika gw masih bertarung ke Pulo gadung. Gw seperti kehilangan semuanya. Gw seperti menutup mata kemaren. Gw gak seperti Ikhwan Aryandi yang gw harapkan.

Semua masukan dari orang. Semangat dari para sahabat, dukungan dari saudara dan keluarga, tentunya akan ngebikin gw semakin kuat untuk ngejalanin semua hal dengan lebih baik. Gw gak tau bisa ngebales apa ke mereka, yang pasti gw akan terus berusaha untuk jadi lebih baik. Gw berjanji akan terus memperbaiki diri.

Gw jadi terpikir ke orang-orang yang telah gw kecewakan, "apakah gw masih sanggup masuk lagi ke kehidupan kalian dan memperbaiki semua kesalahan yang udah gw perbuat?" Gw gak tau bisa apa gak, karena kalau orang itu masih belum bisa memberikan dirinya kembali ke gw akan agak sulit untuk gw "masuk" kembali. Tapi, apakah ngebikin gw jadi pesimis? No way! Seorang Ikhwan Aryandi gak akan pernah lari dari tanggung jawab kalau emang udah ngelakuin sebuah kesalahan.

Gw yakin dengan berjalannya waktu, orang-orang yang gw kecewakan kemaren akan kembali "berdamai" dengan gw. Entah bagaimana caranya, entah apa dan kapan, dan entah bisa apa gak. Yang pasti dengan berjalannya waktu tentunya gw akan ngerasain kalau emang waktu itu sosok yang sangat bernilai.

Seharian gw mikir, seharian gw merenung, seharian pula gw ngerasa kalau diri gw semakin "kecil." Gw juga gak tau kenapa orang kaya gw gini masih aja disemangatin. Padahal gw udah bikin kecewa semuanya. Khususnya kepada sahabat gw, mas Do, yang sampai detik tadi masih nyemangatin gw untuk selalu nulis. Kalau emang gw gak tau apa yang harus gw lakukan, mendigan nulis kata dia. Tenang brader, gw akan mencoba terus berkarya di antara "kemandulan" gw sekarang. Gw akan ngebuat apa pun itu walau hanya dengan bentuk rangkaian kata. Dan, media paling gak penting tentunya, blog.

Sampai sejauh mana mata gw memandang, di situlah gw mengerti kalau yang sedang gw kejar ini adalah sebuah makna dari "kebahagiaan." Kebahagiaan gak selalu dapat dilalui dengan proses yang membahagiakan juga kan? Yang pasti di ujung waktu gw masih bisa ngerasain kalau gw sedang mengejarnya. Mengejar kebahagiaan.

Sekarang yang bisa gw lakuin adalah melakukan "pembenahan." Baik pembenahan diri, pembenahan hubungan gw dengan orang lain, dan pembenahan di semua hal yang menurut gw penting. Karena apa? Gw sendiri gak boleh terpuruk ke dalam lubang hitam yang gw bikin sendiri. Gw harus meyakini kalau apa yang terjadi dengan gw sekarang adalah karena diri gw sendiri. Seperti kata Kavina, STOP MENYALAHKAN ORANG LAIN!

Gw harus menyadari kalau yang gw lakukan ini murni kesalahan diri gw sendiri. Gimana menyikapinya? Pertama sih tanggung semua resiko, kedua mencoba memperbaiki diri dalam menghadapi masalah itu, ketiga hadapi masalah itu dengan dewasa dan bijak. Kalau bagian proses ini gw jabarkan di setiap masalah, gw yakin gw akan lebih bisa mendengarkan dan mencerna omongan orang lain. Dan, gw bisa meminimalisasi kekecewaan orang terhadap tindakan gw.

Sejauh ini gw cuma bisa ngerasa kalau diri gwlah yang paling benar. Gw adalah kebenaran. Kasarnya gitu. Tapi, sekarang gw ngerasa kalau yang gw lakuin ini gak benar. Jadinya sekarang jadi nyusruk sendiri kan? Akibat diri gw sendirilah. Jangan pernah menyalahkan orang lain kalau diri gw sendiri belum benar. Itu aja sih inti dari semua yang gw alami ini. Sesampainya gw di garis finis, mungkin gw akan menyadari kalau gw itu aset yang sangat berharga. Melihat berapa orang yang marah sama gw sekarang ketika gw mencoba "berbagi."

Marah itu bentuk kasih sayang juga lho. Gw yakin kalau orang masih mau marah ke gw, tandanya dia masih mau sayang sama gw. Justru gw beranggapan marah itu adalah pujian terindah buat gw. Di saat marah itu biasanya semua unek-unek keluar dengan lancarnya. Seperti kata Mimin, keran aer lagi bocor sebocor-bocornya nih, hehehe. Emang sih kalau analogi dia berbeda, yang dia maksud itu mungkin keuangan. Karena emang dia sedang menyiapkan perhelatan sakral.

Kalau orang udah apatis ama gw, itu justru yang gw takutin. Karena kalau udah apatis yang ada hanya gw "pernah" mengenalnya. Tanpa ada keinginan untuk menjalin silaturahmi yang baik, mencoba memahami lebih jauh, atau memarahi gw. Gw takut ketika orang di sekitar gw sampai pada fase ini ke gw. Semua celah untuk saling memberikan kasih sayang kayanya udah gak ada. Yang ada tadi itu, cuma "pernah" mengenalnya.

Kalau emang orang apatis karena kesalahan dari gw, maka gw yang harus mengembalikan mereka masuk lagi ke kehidupan gw. Gak ada kata lain, dan itu HARGA MATI! Kesalahan gw yang mengakibatkan orang apatis akan membuat gw sendiri akan selalu dihantui dengan rasa bersalah yang mendalam. Melihat gw gak mau, menegur gw gak mau, gimana mau marah atau noyor gw?

Sekali lagi, STOP MENYALAHKAN ORANG LAIN!

Gw harus mulai mengubah diri. Gw harus bisa mendengarkan orang lain, gw harus bisa MENCERNA omongan orang lain, gw harus bisa menyadari semua keterpurukan gw sekarang ya karena kesalahan yang gw sendiri perbuat.

Entah sekarang ini titik balik atau bukan, yang pasti dengan keberprosesan gw ini gw yakin kalau gw masih BELUM ada apa-apanya. Yang gw lakukan adalah masih kesalahan anak ingusan yang gak tau apa-apa. Walaupun gw sebenarnya gak suka yang namanya DIAM, tapi gw akan berbicara sesuai dengan porsi masalah yang gw hadapi. Walaupun gw sebenarnya orang yang kadang senang membuat onar, tapi gw harus bisa menanggung semua resiko atas apa yang gw perbuat.

Sampai kapan? Sampai MATI!

Gw adalah Ikhwan Aryandi yang selama ini DIKENAL! Bukan orang lain!

Comments

Popular posts from this blog

KARYA IKHWAN ARYANDI

Ketipu Sama Ujan

Telah Lahir