Problema
Masalah demi masalah pun kembali muncul. Dia seperti datang tanpa kompromi. Entah kenapa gw selalu mencarinya dan merindunya. Gw seperti ingin masalah itu tak pernah berhenti menghiasi kehidupan gw. Gw sadar kalau masalah itu emang takdir manusia yang gak akan pernah bisa lari menghindarinya.
Apa yang jadi masalah, pasti ada jalan keluarnya. Meskipun, jalan keluarnya adalah dengan masalah juga. Atau dengan masalah yang lebih besar. Tinggal gimana gw menghadapi dan menjalani semua proses yang ada hingga masalah itu menjadi bagian dari proses baik dalam hidup gw.
Menurut seorang sahabat, gw seperti kembali menjadi Ikhwan Aryandi yang sombong dan arogan. Gw kaya kembali menjadi pribadi yang beringas dan enggan mendengar dan mencerna omongan orang lain. Dengan bermunculan masalah demi masalah yang melanda kehadiran gw kembali di keramaian membuat sahabat itu menjadi berpikiran buruk dengan gw.
Gak ada yang bisa menghalangi gw kali ini. Gw harus datang menghampiri sahabat itu dan menjelaskan sejelas-jelasnya apa sebenarnya yang akan terjadi. Karena emang gw bukan tipikal orang yang gampang kabur gitu aja jika masalah sedang terjadi. Dan, gw akan membuat semua menjadi lurus, setidaknya lurus untuk diri gw sendiri. Sedih sih ketika seorang sahabat gak bisa memahaminya sebagai sebuah pembenahan.
Menjadikannya sebuah masalah yang semakin runyam adalah ketika gw kabur atau gak mau bertemu dengan sahabat yang merasa kecewa atas yang gw perbuat. Tapi, gw selalu senang menjalani setiap prosesnya. Walaupun kadang harus berlinang air mata, meliputi rasa kecewa, atau bahkan dibuat mabuk karenanya.
Jujur, yang gw lakuin itu hampir selalu gw pikirkan masak-masak apa pun itu. Meskipun gw tau kalau yang harus gw lakukan adalah sebuah "jawaban." Teringan sebuah cerita seorang sahabat yang "kabur" dan tak ingin lagi bertemu dengan gw karena masalah yang emang tak kunjung selesai. Dan, sahabat itu menjadi terusik dengan kehadiran gw yang mencari jawaban itu dengan cara gw.
Meskipun, jawaban atas pertanyaan gw itu belum terjawab sampai detik ini, tapi gw yakin kok kalau semua akan terjawab kelak. Entah dengan gw yang menjawab, dia yang menjawab, orang lain yang menjawab, atau apapun lah. Meskipun, waktu yang menjawab sekalipun. Gw akan pasrah. Demi sebuah pencarian akan jawaban.
Tapi, apakah gw gak boleh berusaha karenanya? Gw gak bisa bertindak sesuai dengan yang gw yakini? Wah, kalau begini adanya gw mah cuma berusaha dalam diam gw sendiri. Ada pepatah tua mengatakan, "Katakanlah, minimal jawaban yang akan kau dapatkan itu adalah kata tidak."
Ya, di satu sisi memahami pepatah ini mentah-mentah hanya menjadikan diri gw seorang yang arogan. Di situ gw akan blak-blakan tanpa memahami perasaan orang lain. Tapi, ketika gw ingin berkata tentang itu, haruskan gw banyak bertanya lagi? Yang ada gw hanya berpikir terus atas kebenaran yang gw usung dan jadinya gw gak melakukan itu.
Gw akuin sih kalau sikap gegabah gw ini kadang gak masuk anal. Yang pasti gw selalu seradak-seruduk dalam menjalankan semua tingkah laku gw. Tapi, ini demi siapa? Ya demi semua orang yang gw sayang. Entah kenapa sikap ini seperti menyihir gw dan membuat gw seperti gak ingin mendengar atau mencerna omongan orang lain? Apakah gw yang salah, atau caranya salah?
Tapi, setidaknya dengan koreksi dari orang lain akan ngebuat gw semakin tau apa yang gw lakukan dan apa yang gw hadapi. Karena sebenarnya kebenaran itu menjadi sangat benar ketika orang-orang di sekitar gw membenarkannya. Hingga gw tau kalau yang gw lakukan itu menjadi buah manis untuk orang lain.
Hebatnya berurusan dengan publik adalah ketika spread sebuah masalah itu menjadi sangat luas. Dengan berhubungan satu sama lain, sebuah berita kadang gak bisa ditahan sampai diketahui kebenarannya. Pesan gw kepada seorang sahabat, "tahan dan simpan aja dulu ketika baru mendapat secuil tentang sebuah masalah. Apalagi loe tau kalau yang loe denger itu belum yang sebenarnya terjadi."
Apakah gw bisa mengendalikannya? Tentu gak bisalah. Kalau sebuah masalah sudah sampai ke ranah publik, tentunya publik sendiri yang akan menilai tentang sebuah masalah. Sama aja kaya gw membuat produk dan gw memasarkannya ke pasar. Tentu pasar menjadi hakim yang paling agung dalam mempertahankan eksistensi dari produk gw itu sendiri.
Semua masalah udah kelar sih, ini cuma sekedar salah komunikasi. Yang pasti gw bisa dapet banyak pelajaran terhadap semua masalah yang terjadi. GW AKHIRNYA BISA NGOBROL SERIUS LAGI SAMA OCHAN! Hahahhaa, setelah berapa lama lelaki kecil itu gak pernah, akhirnya gw bisa ngobrol. Tengkyu brader!
Masalah demi masalah akan terus terjadi. Dan, gw sadar kalau diri gw itu bukan orang yang implisit. Gw sulit melihat segala sesuatu yang tersirat. Oleh karena itu, kalau ada apa-apa dengan gw, lebih baik nampar gw aja ya. Karena gw gak bisa semenerawang itu kalau melihat sesuatu yang tersembunyi. Dan, saran gw jangan pernah ngomong di belakang gw. Karena sebenarnya gw akan lebih MARABO, kalau kata orang Zimbabwe, kalau nemuin masalah baru setelah ngebelakangin gw.
Jadi tusuk aja misalnya gw pantes ditusuk, bilang aja misalnya gw pantes dibilangin, dan peluk atau cium gw aja kalau ngerasa sayang banget sama gw. Hahahhahahaa.
Untuk seorang sahabat,
semangat menjalani semua realitas hidupmu.
Karena sesungguhnya,
itu yang akan membuat kamu jadi semakin "besar."
Comments
Post a Comment