Kedua Tangan
Apa yang bisa dilakukan oleh kedua tangan? Mungkin yang bisa dilakukan adalah gimana mencoba menahan, mendorong, menggapai, meraih dan semua hal yang bisa dilakukan oleh kedua tangan ini.
Di saat aku sedang ingin berjalan, tiba-tiba ada anak kecil yang sedang menggunakan kedua tangaanya untuk menyemir sepatu. Tak lama, aku sedikit merasakan kalau ternyata di dunia ini banyak yang masih menggunakan kedua tangan untuk sesuatu yang positif.
Ketika aku melanjutkan perjalanan, di tengah jalan aku pun melihat seorang yang sedang menggunakan tangannya untuk sesuatu yang positif. "Brrr...." Deru suara metro mini yang membawaku pergi ke sebuah tempat.
Kulihat di dalamnya seorang sopir yang ngendarain alat pencari nafkahnya yang dekil dan dia cintai, ada kenek yang sedang ingin meminta ongkos, ada pengamen yang menggunakan tangannya untuk mendendangkan lagu sumbang, dan banyaknya penumpang segala rupa ngegunain tangan sesuai yang mereka inginkan.
Clek! Kebetulan aku gak dapet tempat duduk, jadi harus kulalui perjalanan kali ini dengan berdiri memegang pipa di bagian plafon dengan kepala sedikit menunduk. Maklum, tinggiku lebih dari 180 cm, jadi yang bisa kulakukan adalah berdiri dan menunduk.
Copeeeettttt!!!! Ada teriak dari arah depanku. Aku pun dengan sigap ingin melihat arah suara dan di mana orang yang teriak dan diteriaki. Ternyata, aku terlambat. Orang yang diteriaki itu kadung turun dan menikmati hasil rampasannya.
Aku pun terdiam kembali dengan desakan penumpang yang semakin rame. "Susah juga ya kalau orang masih ngegunain tangannya untuk sesuatu yang negatif," gumamku dalam hati. Aku suka gak habis pikir untuk itu.
"Kober, kober, kober!" kudengar dari kenek yang berteriak dengan lantang. Aku pun bergegas keluar sambil ngerapiin tas yang kubawa. Dengan sedikit terengah-engah aku turun dari bus ungu itu dan segera nyebrangin jalan Margonda yang sangat lebar dan panjang itu.
"Plek! Woy wan!" suara datang dari arah belakang sebelum nyebrang. Pas aku noleh, ada seorang teman yang kebetulan satu kelas bareng pas jam pertama nanti. Ya, aku emang sedang pengen kuliah. Di kampus yang katanya nomor satu itu, aku menuntut ilmu. Hari ini kuliah pertamaku adalah Dasar-dasar Manajemen.
Derita jadi mahasiswa kampus negeri emang begini. Banyak sih emang yang bawa mobil ke kampus, tapi kalau di negeri emang banyak juga yang gak bawa mobil. Jadi nikmati aja deh keadaanku sekarang. Ternyata tepakkan tangan temanku itu menyadarkanku kalau tangan masih bisa digunakan untuk menyapa dan menyadarkan orang.
Aku pun melangkah terus masuk menyusuri jalan kober yang penuh dengan orang jualan. Temenku yang tadi terhenti di warnet, katanya mau maen Facebook dulu. Jalanan ini emang sempit dan fenomenal. Karena emang akses paling rame dan tempat lalu lalang mahasiswa, jadi tempat ini rame juga dengan tukang jualan.
Ketika nyusurin jalan sempit ini terlihat banyak banget yang ngegunain tangan untuk hal-hal positif. Tukang fotokopi yang seperti seorang DJ memainkan mesin dan kertas, tukang cimol dan roti bakar yang sedang melayani permintaan anak-anak kuliah yang gak abis-abisnya ngantri, dan bahkan ngeliat mahasiswa-mahasiwa yang sedang ngadu maen PS. Ya, tentu ngadu bola dong, maennya Winning Eleven yang entah udah versi berapa.
Aku pun melangkah lebih jauh ke arah stasiun UI. "Perhatikan, dari jalur satu akan masuk kereta jurusan bogor," teriak tukang kereta yang sedang bernyanyi untuk ngasih tau para pengguna kereta. Di peron Bogor dan Jakarta sedang ramainya. Dan, melihat penjaga karcis yang sedang ngebolongin karcis para penumpang yang ingin masuk ke peron.
Tak lama aku ngedepanin tas ransel untuk ngambil duit. Aku pun beli rokok dan segera nyalain rokok dengan korek yang berhasil aku rogoh dari kantong ranselku. Emang ngerasa banget kalau dengan kedua tangan itu semua hal bisa aku lakuin.
Dengan memegang rokok di tangan, aku pun berjalan lagi ke arah balhut (balik hutan) yang kalau lagi jam siang begini sangat rimbun karena dikelilingin pohon-pohon tinggi.
Aku seperti teringat masa dulu ketika masa dulu aku melewati jalan ini. Ketika aku masih mempunyai kekasih yang menemaniku dan kami pun bergandengan tangan. Entah di saat malam atau siang hari ketika nganter dia pulang. Gak sadar masa itu sudah lama berlalu dan aku sekarang sedang berjalan sendiri menuju kampus sendirian.
Wah, kalau gini caranya aku bisa terlambat nih, akhirnya aku nebeng temen yang saat itu aku liat sedang ngegoes motornya menuju kampus. "Tapi, kok belok ya? Kan harusnya aku lurus dan nyebrang?" Yaudah akhirnya aku mengikuti temanku itu pergi ke arah kampus. Dengan tangannya pun temanku, yang sama-sama terlambat, melajukan motornya.
Hah! Sial, temenku itu baru aja ngupil dan meper ke celana jinsku. Akhirnya jitak aja dia, yang cengangas-cengenges aja. Dasar dah, tangan emang bisa bikin jadi suasana jadi cair dan aku pun tersenyum karena temanku itu.
Setelah markirin motor, kami pun berlari karena sudah terlambat dan kebetulan dosen kuliah saat itu killer banget. Bisa disembeleh kalau terlambat.
Eng ing eng! Aku dan temanku itu papasan dengan dosennya persis di depan pintu kelas. Dengan sedikit terengah-engah, aku pun langsung bersalaman dengan si bapak dosen. "Pagi pak!" Ujarku. "Pagi, hampir aja kalian gak bisa masuk" ujar dosenku itu.
Huuuuhhhhh, untung gak terlambat. Jadi gw pun bisa berkuliah. Aku pun mengambil bangku naro tas dan menyiapkan diri untuk belajar jadi manajer. Lumayan, setidaknya kan ada usaha mau jadi manajer.
Ketika kuliah akan dimulai, PLAK! Dari arah samping seperti sebuah tangan menampar pipiku. Aku pun beranjak, dan gak sadar semua bayanganku itu hilang. Kuliahku di kampus abu-abu itu pun nyadarin aku kalau aku sedang mimpi. Dan, aku harus terbangun dan pergi ke kantorku di Permata Hijau.
Ternyata di antara sejuta fungsi tangan selain menampar, tangan juga bisa membangunkanku dari mimpi. Dan, ternyata aku sedang mimpi ketika itu ternyata aku sedang kuliah magister atau S2. Kesampean gak ya salah satu dan semua mimpiku?
Dengan dua tanganku ini khususnya?
Comments
Post a Comment