Media Sosial Sebagai Penarik Kesimpulan
Ngelanjutin tulisan gw sebelumnya, ngerasa gak sih kalau fitur-fitur dalam dunia maya itu ada membuat penarikan kesimpulan di awal menjadi sangat cepat terjadi?
Misalnya aja nih, gw masang status "Gw lagi berduaan dan merasakan kehangatan." Pasti yang terpikir dari semua orang yang menyaksikan lewat Facebook atau membacanya di Twitter udah yang enggak-enggak kan?
Orang yang ngebaca pasti mikir kalau gw lagi berduaan ama cewek. Atau gw lagi jalan di sama gebetan. Atau bahkan orang akan mikir gw lagi mesum, itu sih yang paling ekstrim.
Ternyata eh ternyata gw lagi baca buku dan meminum secangkir kopi hangat. Kenyataannya berbeda jauh banget kan? Yang konotasinya gak lebih dari seputar gw dan cewek, gak taunya malah gw lagi menikmati buku dan kopi.
Gak taunya media sosial di ranah maya itu punya keunikan tersendiri ya. Facebook, Twitter, atau yang lain menjadikan peluang manusia untuk manarik kesimpulan di awal lebih besar. Kenapa besar? Yaiyalah, di antara kehidupan manusia modern sekarang ranah maya menjadi sangat dekat. Apalagi bisa diakses lewat hape.
Lucu juga sih kenapa fenomena ini muncul. Kadang misalnya gw ngelakuin hal-hal aneh di dunia maya, pasti ada aja yang komentar. Menarik kesimpulan di awal jadi kerap terjadi terhadap apa yang terjadi dengan diri gw.
Kadang sih emang menjadi gila kalau gara-gara dunia maya malah jadi sebuah pertengkaran. Entah dari mana sih pertengkaran datang dari mana, yang pasti kadang semua jadi gak enak ketika sebuah data dari dunia maya dijadikan dasar dalam berprasangka. Jadi gak enak kan jadinya?
Kemaren baru aja gw ngasih kado spektakuler buat rumah kedua gw, IKSI. Jujur gw ngasih kado kaya gitu ya karena pengen ngejadiin awareness yang ada di antara semua penghuninya jadi semakin erat. Kental seperti apa yang selama ini pernah gw dapatkan dari sana.
Amarah, dengki, makian, dan sejuta dampak negatif gw dapatkan dari apa yang gw lakukan itu. Entah kenapa gw sendiri ngerasa lega sendiri. Dengan apa yang gw lakukan, gw siap kok menanggung semua resikonya. Karena emang yang udah gw lakukan harus gw tanggung semua yang terjadi.
Perubahan? Gw sih gak ngeliat apa-apa, tapi berharap akan berubah mungkin ada. Tapi, akankah? Misalnya gw gak ngapa-ngapain kemaren, mungkin gak ada yang langsung kasak-kusuk kaya sekarang.
Gak enak sih jadi tumbal dan jadi pihak yang dibenci dan dihujat orang. Tapi, gw yakin apa yang gw lakukan ini dengan pemikiran matang. Mudah-mudahan semua yang menginterpretasikan apa yang gw lakukan itu bisa mengambil semua maknanya.
Kembali lagi, peran media sosial itu gila banget. Dan, gw sangat ngerasa kalau yang bisa semua orang lakukan ini bisa jadi tempat orang menggali semua peran yang ada di dalam dirinya sendiri. Gw sebenernya gak suka dengan media sosial, karena itulah kebiasaan manusia berkumpul jadi berkurang. Tapi, mau jadi apa juga pilihan kan? Gak ada hak sama sekali untuk gw untuk menyerang.
Kehadiran Facebook dan Twitter emang seperti mengubah sistem kebudayaan masyarakat yang ada. Yang penting mah kalau menurut gw ambil positifnya dan buang negatifnya. Gak sampe situ aja, untuk berdagang itu sangat baiknya.
Mungkin gw akan mencoba menghubungkan media sosial, penarikan kesimpulan di awal, dan beriklan atau berdagang.
Marketer, advertiser, atau buser?
tolong Anda pikir, kalau Anda memang mengaku sebagai orang yang objektif dan bisa menerima kritikan, apakah menurut Anda tindakan spektakuler itu benar?
ReplyDeletejawaban saya dan beberapa belas orang lainnya adalah: SALAH!
kenapa?
baiklah, katakanlah maksud Anda baik: Anda ingin menyatukan kembali IKSI.
tapi caranya salah!
tidak perlu mengeluarkan katakata yang menyindir toh IKSI saat ini sudah mulai menyatu (JAUH SEBELUM FOTO DAN KOMENTAR ANDA) perlahan-lahan.
tumbal?
oh, tolong jangan menyanjung diri Anda terlalu tinggi...
Anda dicerca bukan karena Anda jadi tumbal, tetapi karena Anda tidak berpikir sebelum berlaku.
karena itulah banyak sekali teman 2004 Anda menghina Anda di belakang Anda...
sekali lagi, saya sarankan untuk berpikir sebelum bertindak...
-gobbledigook-