Waktu Jadi Raja Segalanya

Gw dapet pelajaran berharga banget hari ini. Setelah menggempur pertahanan yang ke-22 akhirnya gw pengen nyoba menganalisis sebuah kesimpulan.

"Jangan pernah memandang sebelah mata segala hal dengan hal-hal yang berada di luarnya."

Mungkin emang passion gw lagi hangat-hangatnya ngebahas social media. Gw sampe berusaha menyimpulkan sendiri dengan segala hal yang berada di dalamnya. Gw yakin kalau gw berusaha membukukan tentang perkembangan Facebook dan Twitter ini, akan cepet usang teori atau pendapat yang gw lontarkan.

Karena apa? Ya karena perkembangan social media ini sangat parah cepetnya. Bahkan melebihi kedipan mata. Orang banyak berusaha menyimpulkan dan membuatnya sebagai suatu teori yang bisa menjawab salah satu masalah. Tapi, gak nyangkan pendapat yang mereka lontarkan itu akan usang dengan sendirinya.

Dari mas Gandhi Suryoto gw dapet banyak ilham. Ternyata social media itu emang pure produk sebuah komunikasi. Dalam pembahasannya menurut gw, gw setuju dengan mas Gandhi, bahwa jangan berlomba-lomba mencoba membuat strategi komunikasi dengan social media dan melupakan media lain dalam pengintegrasiannya.

"Akankah social media menjadi segalanya?" ujar salah satu ECD kenamaan itu. Setelah berdiskusi dengan dia, gw dapetin banyak pendapat. Emang gw tau kalau social media itu jadi semakin dekat dengan penerima komunikasi, tapi yang gw harus tekankan adalah jangan TREN ini menjadi usang secepat perkembangannya.

Yang pasti membuat semua proses perkembangan komunikasi menjadi semakin expand dengan menggunakan semua media yang terintegrasi dengan baik, itu lebih penting kalau dari yang gw tangkep setelah berdiskusi.

Nah, gw pengen coba kaitin dengan keberjalanan manusia. Gw sih akuin, gw sendiri misalnya concern sama sesuatu, gw akan mati-matian berjuang dan belajar di dalamnya. Tapi, sadar gak kalau satu sisi atau banyak sisi di luarnya itu gw lupakan?

Misalnya gw tau kalau social media itu ngasih banyak input dari produsen ke konsumen, tapi apakah gw yakin kalau media itu terbaik di depannya jika nanti ada yang baru lagi meramaikan dunia komunikasi?

Contoh aja, seorang desainer atau tukang gambar dan penulis yang dahulu belum ada komputer. Tentunya mereka akan secara manual menggunakan pensil dan mesin tik untuk menghasilkan karyanya. Misalnya mereka gagal atau salah, membuat dari awal lagi jadi pilihan akhir. Ketika ada komputer?

Seakan terjadi revolusi dengan cepat. Mereka yang gak mau pindah atau mempelajari komputer tentunya akan tersingkir dengan mereka yang menggunakan komputer. Misalnya begitu.

Ternyata banyak lho yang orang yang gak mau berubah dan menggunakan komputer. Dan, apakah yang mereka lakukan ini salah? Tentunya gak bisa di-judge gitu aja, soalnya kembali ke masing-masing individu yang ingin mengolah potensi mereka dengan cara apa.

Misalnya gw seperti itu? Siap-siap aja gw ketendang keluar dari orbit. Karena gw gak bisa menyiasati perubahan yang kadang sangat cepat ini.

Emang bertolak belakang banget sama 3 atau 4 tulisan gw yang terakhir yang seperti mengagung-agungkan social media. Tapi, gw yakin misalnya gw gak ngelupain hal-hal di luar itu dan berusaha menjadi expert di hal yang sedang gw selami, gw bisa menjadi terus ahli di bidangnya.

Misalnya gw tau kalau komunikasi adalah sebuah bidang baru yang harus gw selami, tapi apakah media komunikasi akan menjadikan diri gw bahagia di kemudian hari? Kalau gw di tengah jalan nemuin hal baru yang lebih menarik?

Kontradiksi ini sengaja gw bikin karena gw gak pengen aja ngebuat diri gw larut dalam hal yang sifatnya fluktuatif. Yang bisa gw lakukan adalah mencoba menjadi ahli di bidang tersebut tanpa melupakan hal lain di luarnya. Dan, menjadi ahli di semua hal.

Bumi berotasi atau berputar pada porosnya. Sedangkan, bumi juga mengelilingi matahari di orbit yang ada. Dapatkah gw bergerak dan menggerakkan layaknya Tuhan menggerakkan semuanya?

Di situ menurut gw tantangan sebenarnya. Karena emang hidup itu emang pada akhirnya buat apa sih? Untuk mencari kebahagiaan kan? Dan, kebahagiaan itu sudah diatur dari sana-Nya. Tinggal bagaimana gw memaksimalkan semuanya dengan baik.

Bertemu orang baru mendapatkan ilmu baru. Dan, gw gak akan pernah menyangkalnya. Tinggal menciptakan terobosan-terobosan yang bisa membuat gw meraih kebahagiaan itu sendiri.

Dan, media baru gak selamanya baru ketika orang-orang sudah menganggapnya usang. Begitu juga pemikiran, behaviour, sifat, dan tingkah laku.

Semua akan berpacu dengan waktu.

Comments

Popular posts from this blog

KARYA IKHWAN ARYANDI

Perintis Periklanan Itu Bernama Nuradi

Nasi Padang Agensi Jepang