RESPEK

Belajar untuk respek sama orang itu ternyata gak semudah apa yang gw pikirkan. Mengucapkan "selamat pagi pak, apa kabar?" Kadang jadi sulit banget terucap dari mulut gw. Apalagi menempatkan orang jauh lebih tinggi dari gw, menjadi tantangan yang sulit banget gw lakuin. Gak hanya gw, kadang orang kebanyakan pun seperti itu.

Arogansi yang timbul dan meradang, kadang jadi momok tersendiri dalam hubungan sesama manusia. Keinginan bisa dilihat lebih, keinginan untuk menjatuhkan orang, dan semua negativitas kadang membusung di dada gw.

Gak ada yang bisa ngebuktiin kalau apa yang udah gw lakukan bernilai. Gw? Jangan harap, karena di saat gw nganggep yang gw lakukan itu bernilai, di situlah gw gak ngedapetin apa-apa dari apa yang gw lakukan. Terkadang gw pun hanya bisa mengawang-ngawang sendiri jadinya.

Apa yang gw harapkan kalau gw mengabaikan pandangan orang? Gw sih sekarang ngerasa kalau penilaian orang lain punya porsi yang amat sangat besar. Khususnya terhadap apa yang gw lakukan. Apa sih susahnya ngucapin SELAMAT PAGI?

Gimana caranya supaya rasa respek itu timbul kalau gwnya sendiri gak mau nyoba mulai. Dari hal kecil aja, misalnya tidak menempatkan diri gw lebih tinggi dari orang. Atau gw bisa tidak sombong dalam menghadapi sesuatu.

Di saat kepercayaan orang jatuh, yang ada hanya kehancuran dari respek itu sendiri. Orang gak akan nganggep gw sama sekali.

"Ada tidak menambahkan, tidak ada tidak mengurangi."

Gw sih serem banget kalau posisi gw berada di keadaan yang kaya gitu. Apalagi, keinginan demi keinginan gw, gak akan tercapai kalau gak ada pengakuan dari orang lain.

Gak selamanya yang gw perbuat itu dinilai baik sama orang. Tapi misalnya gw dari awal sudah dikenal baik, misalnya yang gw lakukan jelek, tentu pandangan orang gak akan sejelek itu.

Ada orang bodoh di sebuah kantor, tapi keberadaan dia sangat helpful buat orang lain. Misalnya membuatkan kopi, membersihkan meja, dan sebagainya. Dalam hal ini, siapa yang berani orang itu?

Ternyata meskipun orang itu bodoh, tapi kalau keberadaan atau eksistensi dia dibutuhkan, pasti orang itu punya potensi untuk "disayang" jauh lebih besar. Tapi, kalau gw jadi orang sombong. Misalnya gw gak helpful sama sekali. Mau gw sejago apa dalam masalah kepintaran, akan jadi nol besar. Karena keberadaan gw gak diharapkan di sebuah komunitas itu.

"You are you, you are not US."

Kalau udah sampe cerita begitu, gw ngeri banget. Mungkin sebagian orang gw menganggap gw batu dan keras kepala. Tapi, mudah-mudahan, setelah gw menulis ini, gw bisa jadi orang yang bisa belajar dan terus belajar.

Karena sesungguhnya, menjadi US di sebuah komunitas itu gak mudah. Gw harus jungkir balik membuat orang lain percaya dan respek sama gw. Kalau mau ngarep orang lain respek, gw tentu harus bisa respek terlebih dahulu.

Jangan nganggep apa yang gw anggep benar itulah yang benar. Karena sebenarnya, menurut gw, yang benar itu yang orang lain nilai. Orang lain itu menilai dari apa? Ya, dari semua yang gw lakukan.

Pokoknya, sebagai pribadi, gw harus bisa menjadi orang yang lebih baik setiap harinya. Baik dari apa? Ya, baik dari diri sendiri dan tentu baik menurut orang lain.

Label atau bisa terjadi begitu aja? Gak lah, karena semua itu pencapaian. Tak hanya pencapaian, hal itu juga bisa tumpul kalau gw gak terus mengasahnya. Asahlah terus dari sekarang.

SEMANGAT!

Comments

Popular posts from this blog

KARYA IKHWAN ARYANDI

Perintis Periklanan Itu Bernama Nuradi

Nasi Padang Agensi Jepang