Siapa Takut Salah?
Sepertinya dia gak sabar untuk dapet terus pelajaran-pelajaran baru. Awalnya dia seperti terlihat bertubi-tubi ngerasain masuknya pelajaran baru yang didapatnya. Apalagi gak semua orang bisa tahan dengan gempuran di tempat yang sebelumnya belom pernah dimasuki.
Hari demi hari dia lewati. Walau belum seminggu, tapi dia cocok banget dan selalu ngerasa kalau dia menikmati hidupnya. Cocok bukan berarti tempat atau hal baru yang dia masuki kan. Yang penting gimana caranya dia survive atas hal-hal yang dia yakinin akan ngedewasain dia.
Apalagi tantangan untuk hidup sendiri pun dia hajar juga. Bukannya gimana, tapi emang kalau jarak menjadi masalah, tentu jalan terbaik lah yang akan diambil. Dia juga udah ngerasain kok apa rasanya menjauh dan terjauhkan.
Banyak yang dia pelajari di minggu pertama. Awalnya kaget pasti ada. Justru dentuman-dentuman yang shocking begitu, dia yakini akan ngebuat dia jadi "besar." Terserah sih mau liat dari mana kata besar itu sendiri.
Yaelah, baru berapa tahun mah gak bisa dibilang ahli. Dia sendiri yang ngomong kalau dia itu, mungkin, masih dan akan selamanya junior. Emang ambisinya yang ngebikin dia gak mau berhenti belajar.
Orang boleh betah, orang boleh bertahan di zona nyaman, tapi dia mengaku kalau dia orang yang selalu bergerak dan berubah. Gak tau juga sih kenapa dia bisa ngomong gitu. Tapi, ngeliat dia ngebikin pembelajaran bahwa banyak ternyata orang yang gak mau atau bisa berubah. Kalau gak berani ngelakuin, mana mungkin dia bisa tau letak salahnya di mana?
Padahal, itu suaminya budahal, Heheheh. Iya padahal dia mengakui kalau lapangan bertandingnya sekarang sangat lah terjal. Banyak harapan yang gak sesuai. Apalagi kalau ngeliat hal-hal di luar yang mendukung perjuangan dia sekarang.
Bukannya pengen menggurui, tapi emang dia selalu masuk ke lapangan pertandingan baru seperti bayi yang baru lahir. Jadinya dia bisa banyak belajar hal baru. Apa pun. Dia pun sekarang sedang seneng banget kayanya.
Senang berkelana sendiri.
Comments
Post a Comment