Nikmati Aja

Alhamdulillah gw bisa melewati lebaran kali ini dengan baik di rumah bareng keluarga gw. Meskipun bokap gak ada, tapi gak mengurangi kok kemeriahan lebaran sampai hari keempat tadi.

Sebel juga sih menyadari kalau bokap berprofesi sebagai pelaut. Udah bukan 3 kali lebaran lagi, tapi udah banyak dah pokoknya beliau gak lebaran di tengah-tengah keluarga. Di sini gw dan keluarga tentu mengiringkan doa untuk dia agar sehat selalu dalam mengarungi samudera.

Yaaa, setidaknya dengan libur lebaran ini gw bisa menarik napas sejenak dari hiruk pikuk yang terjadi dalam rutinitas yang gw lakukan. Walau sepertinya masih sedikit dikejar-kejar, tapi gw bisa menrelaksasi diri supaya gak tenggelam-tenggelam amat sama rutinitas.

Emang seperti putri tidur aja ya. Gw bisa bangun siang, bertemu sering dengan saudara-saudara, dan hal-hal yang kalau misalnya di hari sebelumnya gak bisa gw lakukan. Pengennya sih gak cepat, tapi tentu masa ini akan berlalu. Setidaknya esok hari atau lusa.

Gw sih masih bersyukur karena masih diberikan kesempatan untuk beristirahat. Soalnya sahabat-sahabat yang bekerja di media, agak kurang diberikan kesempatan untuk rehat. Lebaran aja mereka masuk.

Seneng sih gw bisa mendapatkan gejolak-gejolak lebih di dalam hidup gw. Setidaknya gak ngebuat hidup gw monoton. Gw gak nunggu, tapi gw menciptakan dan merasakan semua dinamika itu.

Manusia emang cuma bisa egois dan menikmati hidup kan?

Kadang gw sendiri pun ngerasa terlalu egois dengan keadaan yang sedang dijalani ini. Bener juga sih, jangan serius-serius amat ngejalaninnya. Karena emang lambat laun gw akan kesepian juga kan?

Kesepian di sini gw artikan sebagai gw kehilangan sisi lain yang harusnya dalam kehidupan normal gw lakukan juga. Atau minimal gw dapatkan (juga). Andaikan kesepian itu gak ada bentuknya, mungkin semakin sombong aja gw ngejalanin hidup.

Tuhan tentu memberikan manusia dan gw khususnya dengan berbagai perasaan. Perasaan itu digunakan sebagai pisau bedah dalam menghadapi hidup yang naik turun ini. Menempatkan sesuai porsi harus bisa gw lakukan selalu supaya gw gak menggunakan pisau bedah yang salah.

Logika pun gak kalah berfungsi. Sebagai tolak ukur, logika digunakan sebagai pondasi gw dalam membedah. Kasarnya kalau perasaan itu pisau, kalau logika ya tangan. Seberapa besar tenaga, seberapa kuat gw membedah. Dan, mau gw bikin jadi berapa potong tuh yang gw bedah.

Turun ke bawah, atau naik ke atas. Nah, terkadang dalam beberapa hal gw gak selalu di keduanya. Ibarat S2 atau dosen, sebenarnya gw pengen belajar lagi atau menjadi pengajar untuk adik-adik gw. Tapi, keinginan itu sedang berbalut menjadi hal lain yang sedang gw lakukan sekarang. Bekerja.

Adik-adik? Emang gw peduli?

Kalau mau egois atas keadaan sekarang yang gw rasakan sih bisa-bisa aja. Tapi, hati kecil gw gak sebegitu jahat sih. Gw bisa aja membagi ilmu atau pengalaman dengan adik-adik, tapi emang medianya itu sedang tak ada. Apalagi momen satu-satunya itu telah tertutup untuk umum (baca: HHK).

Rasa untuk berbagi ke yang lebih muda emang lagi mengempis. Karena emang ada rutinitas baru yang sedang gw jalani. Melaksanakan pekerjaan dengan beban dan jutaan keinginan atau cita-cita, emang ngebikin gw jadi selfish gak karuan. Ke kampus aja udah males gw. Weekend cuma gw curahkan untuk keluarga dan sahabat.

Tapi, setikdanya sekarang itulah yang gw lakukan dan gw nikmati. Kalau kata seorang sahabat, "Suka gak suka, ya harus disuka-sukain lah." Ya emang bener, karena itu pilihan gw. Kalau gak suka mendingan gak usah dipilih.

Gw cuma manusia biasa kok yang tak sempurna dan kadang salah (kaya lirik lagu ya?). Tapi, cuma itu yang bisa gw lakukan. Mengumpulkan terus mimpi tanpa mensyukuri apa yang sedang gw jalani sekarang. Mungkin suatu saat gw akan sadar kalau gw itu masih adik, tak pernah jadi kakak, jika dibandingkan kakak-kakak yang jauh lebih dulu lahir.

Gak kerasa libur sudah akan selesai dan gw akan kembali ke kenyataan. Selamat buat semua makhluk di bumi ini yang sudah menemani dan akan terus menjadi lingkaran dalam hidup gw.

Pencarian jati diri terus dicari. Junior tetaplah junior.
Karena hidup itu cuma tentang memposisikan diri.

Nikmati aja.

Comments

Popular posts from this blog

KARYA IKHWAN ARYANDI

Ketipu Sama Ujan

Telah Lahir