Tolol dan Bersiasat

Yang bisa gw bilang adalah kalau gw lagi belum bisa berdamai dengan waktu. Hahahahha, yaiyalah gw gak bisa damai. Kalau gw damai, gw gak mungkin nganggurin blog gw ini begitu lama. Asli dah gw gak punya waktu, bener-bener susah nyisihin sedikit menit untuk numpahin unek-unek.

Alhasil gw berhasil menyimpulkan dari minggu yang belakangan ini sibuk tentang perbedaan orang yang bodoh alias tolol dengan orang yang bersiasat.

Kebanyakan orang hanya berkutat dengan begitu banyak kebodohan. Terkadang gw aja sering ngerasa kalau yang gw lakukan itu bodoh. Tapi, apakah dengan menyesalinya bisa ngebuat gw ngapus kebodohan itu dari pikiran gw? Yang ada gw hanya tenggelam dengan penyesalan.

Misalnya gw pinter tentu gw akan memilih sebagai orang yang kedua. Yaitu bersiasat.

Di kala orang lain berkutat atau menyesali apa yang sudah dilakukan, gw malah membuang apa yang sudah dilakukan jauh-jauh di belakang. Karena apa yang harus dilakukan sebenarnya adalah bagaimana gw menatap ke depan.

Jika terjadi benturan atau apa yang gw lakukan mengalami kegagalan, tentu gw harus bisa bersiasat atas apa yang akan gw lakukan berikutnya ke depan. Karena pembelajaran atas kesalahan yang telah gw lakukan tentu harus dilakukan sebuah tindakan baru. Karena tindakan baru itulah gw bisa merevisi segala yang sudah atau akan gw lakukan.

Kalau gw jadi orang tolol, tentu yang gw lakukan adalah penyesalan dan menjadi takut atas apa yang pengen gw lakukan. Bisa gak gw maju dengan seperti itu?

Takut atas tindakan malah akan ngebuat gw sendiri jadi gak ngelakuin apa-apa. Kalau takut salah, ngapain gw ada di dunia ini? Karena sebenarnya esensi hidup adalah melakukan pembenaran atas kesalahan-kesalahan yang gw lakukan.

Bersiasat jika berujung kepada kesalah bukan berarti gw tolol lho. Yang pasti gw harus bisa membetulkan segala kesalahan yang sudah gw lakukan itu dengan melakukan hal baru dengan lebih banyak pemikiran.

Spontanitas gak berati salah dong? Karena apa yang gw lakuin itu sebenarnya penuh dengan spontanitas. Gw pun yakin dengan spontanitas, apa yang gw lakukan itu jujur dari dalam hati. Berbeda kalau pake pemikiran. Terkadang malah jadi salah karena ada interupsi dari pihak lain.

Nah kalau udah bisa jadi orang yang bersiasat, satu lagi yang harus gw tambahin adalah jujur. Kenapa? Ya, karena kalau sudah berani berbuat, gw pun harus berani mengakui kekalahan dan kemenangan. Untuk apa? Ya untuk berbuat hal baru yang jauh lebih baik lagi.

Bilang iya aja dulu, dengan begitu gw akan menyanggupi apapun yang dimintakan ke gw. Ketika terjadi kemandekkan, di saat itulah kejujuran harus dilakukan. Karena apa? Kalau gw ngomong semua aspek yang berhubungan dengan kendala gw bersiasat, tentu akan ada masukan dari orang-orang di sekitar gw.

Udah gitu, harus gw sendiri dong yang memutuskan. Karena gw pun mengerti apa yang gw lakukan, itulah yang harus gw putuskan dalam melangkah.

Terkadang tolol dan bersiasat pun jadi beti alias beda tipis. Sekarang tinggal gimana gwnya sendiri yang bisa jujur dalam melakukan apapun di depan gw. Jangan takut dan berani bertanggung-jawab. Itu aja sih intinya.

Sampai kapanpun kesalahan akan memberikan pelajaran baru untuk gw. "Gak ada noda yang gak belajar," kalau katu Rinso. Jadi optimis aja kalau gw adalah orang yang bersiasat. Bukan orang tolol.

Semangat!

Comments

Popular posts from this blog

KARYA IKHWAN ARYANDI

Ketipu Sama Ujan

Telah Lahir