Salahkah Waktuku?
Seorang perempuan berusaha menutupi kekesalannya karena gak kunjung bisa menemui keramaian di luar sana. Dengan dua buah hatinya dia berusaha memberikan yang terbaik untuk memberikan cintanya sebagai seorang ibu.
Perempuan itu hampir gak pernah bertemu dengan keramaian. Ketika ingin mengunjungi sesiapa, dua buah hatinya itu menjadi opsi baru di mana dia harus selalu tinggal dan hadir di tengah keduanya.
Sedih sih kalau ngeliat perkembangan perempuan itu. Di saat umurnya yang masih muda, dia sudah harus mengurus kedua buah hatinya.
Tapi, apakah dia harus menyesal? Mungkin perasaan itu gak pernah keluar dari mulutnya. Tetes demi tetes air mata berjuang ia berikan demi yang terbaik untuk kedua pangerannya. Di saat dia melihat isak tangis dan senyum keduanya, perempuan itu pun menyadari kalau mereka adalah aset yang dititipkan Tuhan kepadanya.
Dia adalah uni gw.
Mungkin perasaan yang terbangun dan dirasakan sama seperti yang gw raskaan sekarang. Uni gw emang masih terhitung muda untuk mempunyai dua anak. Tentu masih banyak perempuan di luar sana yang masih menunda untuk segera punya keturunan.
Tapi, apakah keputusan yang dijalaninya itu salah? Tentu gak lah. Karena di saat perempuan lain sibuk mengejar karier, uni gw bisa mempunyai dua malaikat yang tentu bisa dibentuk sesuai dengan yang uni inginkan. Dia akan menjadi penerus dari kebaikan Tuhan dalam mempertemukan dua insan manusia melalui cinta.
Sepuluh tahun, dua puluh atau tiga puluh tahun lagi baru akan kerasa. Uni gw bisa mempunyai dua pria gagah yang siap mencintai dia sampai kapanpun jauh lebih dini. Di saat perempuan seumurnya baru saja mempunyai keturunan yang masih balita.
Jika direfleksikan ke dalam hidup gw sekarang. Salahkah gw menyerahkan hidup gw kepada pekerjaan? Tentunya gak dong. Sejauh ini mungkin yang gw rasakan sama seperti yang perempuan gw ceritakan tadi di atas.
Menyerahkan tiga per empat waktu untuk hal yang sedang ingin dicapai. Apa sih yang pengen gw capai? Ya tentu cita-cita dan beberapa lembar rupiah. Salahkah gw bekerja yang setiap harinya lebih dari 12 jam?
Mungkin analogi yang diangkat gak terlalu kuat. Tapi, gw yakin apa yang sedang gw titikan ini akan membawa banyak hasil ke depan jauh lebih baik lagi. Di saat orang lain bekerja hanya 9 jam, gw bekerja lebih dari 12 jam.
Emang kejam ketika menyadari gw gak punya waktu untuk kehidupan sosial. Gw pun gak bisa ngerasain waktu untuk gw sendiri. Di saat beberapa sahabat bisa menikmati minum kopi di kafe setelah pulang kantor, gw di tengah malam masih saja berkutat dengan pekerjaan.
Gw yakin pada suatu saat gw akan mendulang kebaikan untuk semua yang gw lakukan. Pengorbanan waktu yang kalau dipikir gak masuk akal, tentu akan mengajarkan gw menjadi manusia yang lebih baik memanfaatkan segala hal.
Uni gw dan gw hanyalah dua dari sejuta contoh di dunia ini yang gak berusaha menipu dirinya sendiri. Kalau dirasa, mungkin ngerasa banyak banget yang telah gw korbankan. Tapi, di balik itu semua semua akan ada sebuah harapan dan perjuangan. Gw akan mencoba meraih semua cita-cita yang menganga di depan gw.
Akan gw tarik sedekat-dekatnya harapan dan cita-cita itu. Kalau bisa hanya 5 cm di depan hidung gw. Karena gw pun merasa akan ada sebuah anugerah dari Tuhan atas apa yang telah gw lakukan.
Mensyukurinya dengan baik, dan menjalaninya dengan penuh keikhlasan. Itu yang sedang gw lakukan. Gw pun tau kalau uni gw pun menjalani semua kasih sayang kepada dua ponakan gw itu dengan penuh cinta. Dan, pada saatnya akan menerima balasan yang jauh berlipat-lipat indahnya.
Tak ada siapapun yang bisa merasakan. Hanya pribadi-pribadi yang menjalankannya. Rahasia Tuhan pun akan menggiring gw ke jalan yang penuh dinamika. Gw senang, uni gw pun bahagia. Gw dan dia insya allah akan mengerti apa yang terus menjadi pemberian Tuhan.
Gw bahagia dan terus akan selalu bersyukur.
Comments
Post a Comment