Batas Atau Batasan

Pada dasarnya semua orang bisa menulis, entah bagaimana caranya. Yang pasti ketika segenap ungkapan hati dan pemikiran dituangkan dalam tulisan, pasti berasanya beda banget. Apalagi ketika menulis tanpa adanya tekanan dari siapa pun.

Gw tau, ketakutan yang mengarungi pikiran lah yang membelenggu orang terhadap kemampuannya dalam menulis. Ketika sudah melawan batasan itu, pasti ide demi ide akan mengalir dengan sendirinya. Entah bagaimana pun itu, yang pasti batas itu harus didekati dan dan dilewati.

Tapi, terkadang ada batas yang gak bisa dilewati. Misalnya gw, menikah beda agama. Atau ingin melawan kodrat dengan operasi kelamin. Sebenarnya kodrat itu dibuat untuk diapakan sih?

Banyak orang beranggapan kalau melawan kodrat itu gak boleh. Apalagi kodrat yang terbentuk secara lahiriah. Kalau beda agama itu mungkin kodrat yang lebih kepada nilai-nilai universal yang ada karena pemahaman manusia tentang agama.

Jadi batasan itu harus dilawan apa dipahami?

Gak sadar sampe sekarang sepertinya gw ngerasa kalau batas-batas yang dimiliki gw dan orang lain semakin kabur. Grey area seperti semakin jelas ada di depan. Berprofesi sebagai orang yang bergelut di dunia kreatif atau hiburan apalagi. Semua seperti ngebuat gw jadi pemain sandiwara.

Deal kontrak dicapai di panti pijet atau tempat hiburan malam. Atau memberikan sedikit untuk mendapatkan nilai lebih banyak. Yang paling parah ketika seorang perempuan menjajakan tubuhnya hanya untuk sejumput uang.

Gw sih ngerasanya gak worth it aja ketika batasan itu menjadikan gw sebagai pribadi yang bisanya cuma negatif. Pikiran tentang gw yang lurus-lurus aja kayanya jadi kabur seperti debu yang ketiup angin. Tapi, apa gw bisa nolak?

Semua terjadi dengan nyata di depan gw. Punya teman yang berprofesi sebagai perempuan bayaran atau simpenan pejabat. Atau temen yang bandar narkoba, atau pun punya temen yang kerjanya cuma jadi penipu. Tuhan mahaadil, karena gw dihadapkan dengan kenyataan-kenyataan yang emang harus gw hadapi.

Ketika berlawanan, yang bisa gw lakukan cuma mengelus dada. Karena kalau ikut campur, malah ngebikin hubungan pertemanan jadi berantakan. Syukur kalau temen deket, bisa gw bilangin atau gw larang. Tapi, apa emang gw sesempurna itu untuk "menghitamkan" daerah abu-abu tadi?

Paras cantik, paha dada putih, tubuh sintal, kepintaran cemerlang, dan semua ptensi yang sepertinya sekarang banyak disalahgunakan. Kesempatan baik dan niat busuk pun bisa mengabu-abukan daerah yang tadinya hitam dan putih.

Jadi ternyata gw masih butuh batas. Meski awalnya batas itu seperti sesuatu yang harus ditembus, tapi ternyata batas masih diperlukan untuk mengerem tindak-tanduk gw dalam menghadapi panggung sandiwara ini.

Banyak keadaan yang ngebikin gw bisa berpikir seperti ini. Ternyata gw gak sesempurna manusia-manusia yang dikonsepkan sebagai pangeran atau pun putri raja yang kayanya gak pernah salah.

Tapi, jalan hidup orang gak ada yang pernah tau. Siapa tau di saat gw menganggap sesuatu itu hitam putih, oleh orang lain malah dianggap abu-abu. Jadi jangan pernah menganggap diri ini adalah yang paling benar.

Emang gw gak ganteng, gak tampan, gak kaya, gak pinter, dan semua hal yang bisa bikin gw jadi seorang penjaja grey area tadi. Tapi, setidaknya gw masih punya hati untuk bersikap ketika sesuatu yang hitam dan putih itu tertutup oleh abu-abu yang sangat pekat.

Berpikir melewati batas. Atau berpikir dengan batasan yang sudah seharusnya menjadi pakem atau rem.

Kalau gak dari diri sendiri, mungkin gw udah jadi penjahat.

Comments

Popular posts from this blog

KARYA IKHWAN ARYANDI

Perintis Periklanan Itu Bernama Nuradi

Nasi Padang Agensi Jepang