Adjustment
Gak selamanya gw cuma bisa berdiri di atas pendirian gw sendiri bukan?
Karena pada dasarnya gw bisa berdiri karena sebuah keputusan yang dilandaskan dengan penyesuaian. Kata siapa dengan kekeuh atas pemahaman sendiri membuahkan sesuatu yang "besar?"
Contoh aja nih, dengan pekerjaan yang gw hadapi di kantor. Di akhir vonis mengenai sebuah ide tentang kampanya iklan salah satu klien perbankan, gw sebenernya masih agak kurang setuju dan masih ingin mengulik lebih dalam lagi dengan output kreatif yang lebih bagus.
Waktu berjalan, dan emang deadline pun mengharuskan gw dan tim mengambil sebuah keputusan besar ketika ide yang keluar di-hijack oleh klien yang sama tapi divisi yang berbeda. Ide gw ini diambil untuk sebuah placement ucapan hari raya imlek di sebuah surat kabar tersohor .
Awalnya gw kesel dong, karena ide yang harusnya keluar untuk kampanye lain, tapi tiba-tiba diminta untuk keluar. Apalagi untuk ucapan imlek lagi. Gw pun mengutarakan kekecewaan gw ke atasan gw. Tapi, atasan gw dengan mudah bilang "kalau klien sudah bilang begitu, kita mau ngomong apa?"
Gw makin kesel aja ngeliat sikap atasan gw itu. Karena seperti gak ada perjuangan.
Tapi, makin ke sini gw makin ngeliat kalau langkah yang diambil oleh klien gw itu ada benarnya. Hal yang gw luput adalah ketakutan bahwa ide gw ini diambil oleh kompetitor yang ngebuat ide ini gak fresh misalnya diambil ama produk lain.
Makin hari makin gw liat bahwa semua langkah yang sudah diambil baik gw dan kantor dengan klien itu gak ada salahnya. Justru gw sendiri ngerasa salah karena memandang sebelah mata atas sikap yang diambil.
Dari pengalaman di atas gw ngerasa bahwa setiap langkah baik gw atau siapa pun, pasti ada jalan lain yang tentu bisa memberikan win-win solution kepada semua pihak yang terkait. Gw luput akan hal yang seharusnya, dan gw menyadari kalau jangan pernah mengambil kesimpulan di awal.
Karena semua hal itu bisa dilalui dengan adjustment.
Comments
Post a Comment