Jujur Itu Mahal Harganya
Berangkat menuju ke kantor, seperti biasa ge naik besi tua cepat bernama Kereta Api. Walaupun gak ada apinya, tapi tetep jadi salah satu transportasi favorit gw. Ketika berjalan menuju pertigaan hotel Mulia, gw dicegat sama bapak-bapak tua yang sedang ngedoronh gerobak. Di gerobaknya bertuliskan bubur ayam. Sontak dia menghalangi langkah gw. Seraya ngomong, "Mas, saya boleh minta Rp 50 ribu? Anak saya baru aja meninggal di kampung." dia berkata dengan muka melas seperti keletihan. Kaget banget lah gw ngedengernya. Antara iba dan kasihan sama berita buruk yang dia utarakan. "Maaf pak, saya lagi gak megang uang." Sontak gw berkata kaya gitu. "Baik mas, terima kasih." Bapak tua itu pun pergi mendorong gerobaknya menjauh. Dan, gw pun kembali melangkahkan kaki menuju pertigaan hotel Mulia. Sepanjang gw jalan gw pun mikir karena kepikiran apa yang baru aja terjadi. Kepikiran apa bener yang gw lakuin tadi. Jujur aja, hidup di ibukota yang penuh ta...