Pulang Kampuang
Wah maaf ye, gw baru sempet nulis blog lagi. Padahal sebenernnya minggu kemaren gw pengen nulis, tapi berhubung waktu yang gak memungkinkan, jadinya gw gak jadi nulis. Emang gw minta maaf begini, minta maaf ke siape? Hehehehe.
Gw kemaren baru aja pulkam alias pulang kampung ke Kotogadang, Bukittinggi, Sumater Barat. Bersama keluarga besar gw, yang isinya orang-orang besar. Gak terlalu besar sih, tapi gw bahagia memiliki mereka.
Kedatangan gw diawali dengan naik flight terakhir dari CGK dan tiba di Minangkabau International Airport jam 10 malem lebih. Gw tiba bareng bokap, karena nyokap dan semuanya udah duluan kemarennya. Maklum, gw tetep aja gak bisa ninggalin pekerjaan.
Jangan seneng dulu, karena kampung gw itu masih 2 jam lebih jalur gunung yang membutuhkan tenaga ekstra. Karena melewati jalannya harus penuh kehati-hatian. Jalurnya sempit, dan dilalui truk serta bis-bis antarprovinsi yang kadang kecepatannya sulit dikendalikan. Maklum, sopir-sopir lintas Sumatera emang terkenal ampun-ampunan kalau bawa kendaraan.
Sesampainya gw di Kotogadang, gokil banget dinginnya. Konon katanya mencapai 12 derajat celcius. Wong, nomong keluar asep.
Keesokan harinya, baru lah perjalanan dimulai. Gw dan keluarga besar gw menyambangi lembah Harau serta Istana Pagaruyung. Gokil banget sih jauhnya. Gw ngerasa Sumatera itu gede banget karena antarkotanya pun ditempuh dengan waktu yang gak sebentar.
Gak mungkin sampe malem juga, jadi acara wisata gw sekeluarga harus pulang karena ada 2 keponakan gw, Troy dan Helios, yang gak bisa ditawar masalah jam tidur.
Keesokan harinya pun gw sekeluarga jalan-jalan ke danau maninjau, daerah wisata sungai landir, dan sedikit jalan-jalan di kota Bukittinggi. Maklum lah, selama ini hidup gw pulang kampung baru 2x. Lebih ngerasa hidup sebagai anak Jakarta aja gw.
Awal-awal sih ngerasa nyaman banget, karena jujur aja hidup di kampung itu jauh lebih membunuh nafsu gw. Mulai dari nafsu akan kebutuhan-kebutuhan gak penting.
Kata sopir travel yang gw sekeluarga naikin, "di kampung itu mau makan gak susah, tanah ditancep tumbuh sayur, kolam bisa dipake buat melihara ikan. Yang membedakan dengan Jakarta adalah, kalau di kampung itu susah beli iPhone, beli laptop, dugem."
Nancep banget tuh kata sopir travel bernama Ferry, yang lulusan sarjana Akuntansi dan pernah tinggal di Jakarta tapi gak betah itu. Gw juga heran sih, kenapa di mutusin untuk hidup di kampung, padahal di Jakarta gaji yang ia terima lebih besar. Kata dia sih, di Jakarta lebih besar, tapi selalu abis karena pemenuhan kebutuhan mimpi itu berbanding terbalik dengan duit yang dipunya.
Sampe pada hari terakhir waktu gw pengen balik. Pesawat yang di-booking kakak gw itu ternyata delay sampe jam 7 malem. Akhrinya kami semua pun mutusin untuk jalan-jalan dulu di kota Padang.
Di tengah jalan, kakak gw konfirmasi ke maskapainya dan ternyata bisa dimajukan sampai penerbangan jam 13.55. Baru lah gw sekeluarga kocar-kacir karena takut ketinggalan. Emang yang namanya orang harus dalam keadaan terjepit dulu baru kreatif.
Emang yang namanya rejeki, gw sekeluarga pun sampai di Soekarno-Hatta jam empatan. Dan, sampai di rumah sekitar magrib. Gw gak bisa ngira deh misalnya gw sekeluarga tetep balik malem jam tujuh dari rencana, bakal sampe rumah jam 12 malem dong. Dan, besoknya harus bekerja kembali.
Pulang kampung kemaren, selain knowing my heritage, gw juga belajar banyak tentang karakter orang dan wilayah serta masyarakatnya. Emang Jakarta itu termasuk kota yang parah busuknya. Udah macet, sampah di mana-mana, kebohongan di mana-mana lagi.
Tapi tetep aja, ngeliat karakter orang Minang yang selalu mengusir anak ketika sudah akil balig untuk merantau patut diacungi jempol. Membuat karakter orang-orangnya juga kuat menjadi salah satu suku di Indonesia.
Tapi, yang gak enaknya kalau pulang kampung. Sepi banget yang namanya kampung, karena orang-orangnya merantau semua.
Gw punya mimpi dan gw punya angan-angan. Pulang kampung hanya gw jadikan sedikit titik untuk kembali jauh ke belakang dan mengenang dari mana dan bagaimana gw bisa hidup di dunia sekarang. Gw akan gunakan untuk menatap ke depan untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang lainnya.
Tsaaaeellaaaaahhhhhhhhh, tengil banget gw abis pulang kampung aja.
Sekian. :p
Gw kemaren baru aja pulkam alias pulang kampung ke Kotogadang, Bukittinggi, Sumater Barat. Bersama keluarga besar gw, yang isinya orang-orang besar. Gak terlalu besar sih, tapi gw bahagia memiliki mereka.
Kedatangan gw diawali dengan naik flight terakhir dari CGK dan tiba di Minangkabau International Airport jam 10 malem lebih. Gw tiba bareng bokap, karena nyokap dan semuanya udah duluan kemarennya. Maklum, gw tetep aja gak bisa ninggalin pekerjaan.
Jangan seneng dulu, karena kampung gw itu masih 2 jam lebih jalur gunung yang membutuhkan tenaga ekstra. Karena melewati jalannya harus penuh kehati-hatian. Jalurnya sempit, dan dilalui truk serta bis-bis antarprovinsi yang kadang kecepatannya sulit dikendalikan. Maklum, sopir-sopir lintas Sumatera emang terkenal ampun-ampunan kalau bawa kendaraan.
Sesampainya gw di Kotogadang, gokil banget dinginnya. Konon katanya mencapai 12 derajat celcius. Wong, nomong keluar asep.
Keesokan harinya, baru lah perjalanan dimulai. Gw dan keluarga besar gw menyambangi lembah Harau serta Istana Pagaruyung. Gokil banget sih jauhnya. Gw ngerasa Sumatera itu gede banget karena antarkotanya pun ditempuh dengan waktu yang gak sebentar.
Gak mungkin sampe malem juga, jadi acara wisata gw sekeluarga harus pulang karena ada 2 keponakan gw, Troy dan Helios, yang gak bisa ditawar masalah jam tidur.
Keesokan harinya pun gw sekeluarga jalan-jalan ke danau maninjau, daerah wisata sungai landir, dan sedikit jalan-jalan di kota Bukittinggi. Maklum lah, selama ini hidup gw pulang kampung baru 2x. Lebih ngerasa hidup sebagai anak Jakarta aja gw.
Awal-awal sih ngerasa nyaman banget, karena jujur aja hidup di kampung itu jauh lebih membunuh nafsu gw. Mulai dari nafsu akan kebutuhan-kebutuhan gak penting.
Kata sopir travel yang gw sekeluarga naikin, "di kampung itu mau makan gak susah, tanah ditancep tumbuh sayur, kolam bisa dipake buat melihara ikan. Yang membedakan dengan Jakarta adalah, kalau di kampung itu susah beli iPhone, beli laptop, dugem."
Nancep banget tuh kata sopir travel bernama Ferry, yang lulusan sarjana Akuntansi dan pernah tinggal di Jakarta tapi gak betah itu. Gw juga heran sih, kenapa di mutusin untuk hidup di kampung, padahal di Jakarta gaji yang ia terima lebih besar. Kata dia sih, di Jakarta lebih besar, tapi selalu abis karena pemenuhan kebutuhan mimpi itu berbanding terbalik dengan duit yang dipunya.
Sampe pada hari terakhir waktu gw pengen balik. Pesawat yang di-booking kakak gw itu ternyata delay sampe jam 7 malem. Akhrinya kami semua pun mutusin untuk jalan-jalan dulu di kota Padang.
Di tengah jalan, kakak gw konfirmasi ke maskapainya dan ternyata bisa dimajukan sampai penerbangan jam 13.55. Baru lah gw sekeluarga kocar-kacir karena takut ketinggalan. Emang yang namanya orang harus dalam keadaan terjepit dulu baru kreatif.
Emang yang namanya rejeki, gw sekeluarga pun sampai di Soekarno-Hatta jam empatan. Dan, sampai di rumah sekitar magrib. Gw gak bisa ngira deh misalnya gw sekeluarga tetep balik malem jam tujuh dari rencana, bakal sampe rumah jam 12 malem dong. Dan, besoknya harus bekerja kembali.
Pulang kampung kemaren, selain knowing my heritage, gw juga belajar banyak tentang karakter orang dan wilayah serta masyarakatnya. Emang Jakarta itu termasuk kota yang parah busuknya. Udah macet, sampah di mana-mana, kebohongan di mana-mana lagi.
Tapi tetep aja, ngeliat karakter orang Minang yang selalu mengusir anak ketika sudah akil balig untuk merantau patut diacungi jempol. Membuat karakter orang-orangnya juga kuat menjadi salah satu suku di Indonesia.
Tapi, yang gak enaknya kalau pulang kampung. Sepi banget yang namanya kampung, karena orang-orangnya merantau semua.
Gw punya mimpi dan gw punya angan-angan. Pulang kampung hanya gw jadikan sedikit titik untuk kembali jauh ke belakang dan mengenang dari mana dan bagaimana gw bisa hidup di dunia sekarang. Gw akan gunakan untuk menatap ke depan untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang lainnya.
Tsaaaeellaaaaahhhhhhhhh, tengil banget gw abis pulang kampung aja.
Sekian. :p
Comments
Post a Comment