Ruang
Terkadang, ngebawa diri ke sebuah pertanggungjawaban yang serius itu sulit.Apalagi dalam memberikan segenap usaha ke dalam lingkup usaha.
Seorang sahabat, sepertinya dia selalu mengagung-agungkan kekasih hatinya yang dia anggap sebagai wanita paling hebat di dunia ini. Keliatan sih dia sangat menyayanginya, dan dengan segenap perjuangan dia menjaga cinta yang dia miliki.
Nasib berkata lain teman. Dia pun harus mengakhiri segenap usaha yang telah dia lakukan. Tanpa ada kesempatan lagi untuknya dalam mengubah keadaan. Banyak sih kesedihan yang gak seharusnya dia dapatkan. Tapi, berhentinya "ruang" dalam mencoba itu yang ngebikin dia semakin terjatuh.
Gw sih ngeliat "ruang" itu sendiri sebagai sarana untuk melakukan semua transaksi baik kecil atau besar yang ngebawa segala sesuatunya ke arah sana. Meski sebenernya arah sana pun gw gak tau ke mana dan di mana.
Ketika kesempatan itu hilang, apa sih yang bisa gw lakukan? Hanya berdia diri dan cuma menganggap bahwa keberlanjutan itu berhenti?
Seorang sprinter yang tiba-tiba harus mengakhiri kariernya dalam dunia olahraga karena patah kaki. Atau seorang pemain gitar yang harus diamputasi jarinya saat mengalami diabetes.
Berubah orientasi saat "ruang" itu berhenti atau bahkan berganti sebaiknya harus gw antisipasi sejak sekarang. Jujur aja, karena gw gak akan mengetahui segala sesuatu di depan.
Apalagi belajar bagaimana untuk mencinta tadi. Dari cerita sahabat gw itu pun, gw yakin bahwa gak selamanya usaha yang sebelumnya udah jungkir balik gw lakukan akan berbuah penyesalan.
Gak selamanya juga melibatkan perasaan yang harus diseimbangkan dengan logika. Menyeimbangkannya dalam sebuah ruang itu yang sulit.
Namun, di saat semua pengorbanan dan usaha dilakukan, apakah harus menyesal saat "ruang" itu berganti atau berubah atau bahkan hilang?
Gak lah deh. Gak mungkin usaha yang udah jungkir balik dilakuin itu cuma berbuah nihil. Gak mungkin juga gw mau ngelakuin usaha di dalam "ruang" itu tadi kalau cuma mendapati kekosongan dan penyesalan.
Pelajaran yang banyak gw dapatkan itu yang harusnya dilakukan sebagai bukti kalau ruang tadi itu bisa selalu gw ciptakan. Lapangan pertandingan itu harus segera dan seluruhnya bisa gw alihkan.
Pelajaran dan pembelajaran harusnys sih mungkin bisa gw maknai sebagai kunci dari sebuah usaha atau perjuangan. Karena sampai kapan pun, gw gak mungkin ngelakuin sesuatu tanpa adanya tujuan.
Kalau seorang pengamen harus berhenti karena suara serak atau haus, mungkin dia harus menenggak segelas air, seteko air, atau bahkan segalon air untuk menghilangkan dahaganya.
Dahaga? Jangan pernah berhenti berusaha dan jangan pernah menganggap diri gw useless.
Comments
Post a Comment