26 Demi 26

Malam yang dingin karena musim ujan semakin pekat. Gelap pun makin gelap. Mungkin karena udah malem juga jadi gw berusaha memahami kalau waktu terus bergerak.

Semburat rambut-rambut halus tumbuh di pelipis wajah. Kerutan semakin jelas mewarnai wajah gw. Gak kerasa, langkah yang gw lalui semakin banyak dan lebih banyak dari kemaren.

Berhelai-helai rambut di kepala pun tumbuh, lalu kemudian gw cukur. Perlahan demi perlahan alis dan bulu hidung tak mau ikut kehilangan kesempatan untuk tumbuh di badan gw.

Semakin banyak langkah yang gw tapaki tiap harinya. Semakin berlembar-lembar karcis kereta yang gw buang untuk mengadu nasib. Begitu banyak lampu merah yang kemudian hijau yang gw lewatin sepanjang jalan.

Lembar demi lembar uang gw gunakan untuk bertahan hidup. Koin demi koin telah keluar dan masuk kantong untuk sebuah kebahagiaan.

Huruf demi huruf bertambah, kata demi kata terangkai, entah berapa wacana yang udah gw ciptakan. Pemikiran berbuah keberkahan hidup.

Senyum demi senyum sudah jutaan terlontar sejak gw telrahir dari rahim seorang perempuan. Tangisan dan air mata pun sudah terasa seperti mengering di kelopak mata gw. Dan, gw yakini sebagai pencapaian.

Tetes demi tetes keringat bercucuran. Tetes demi tetes bensin mobil menguap untuk perjalanan gw. Dan, tetes demi tetes embun yang mengayun gw melangkah setiap pagi harinya.

Cerita demi cerita berkembang dan memberikan gw makna lebih dalam hidup. Kisah demi kisah yang gak akan pernah berhenti gw cipta dan lalui.

Suara merdu dan suara sumbang bersahutan, mengiringi perjalanan gw yang seakan gak mau berhenti. Nyanyian pun sudah menjadi album tersendiri untuk gw nikmati bersama di setiap acara.

Detik demi detik, hari demi hari, tahun demi tahun, dan gw masih sibuk bergulat dengan kebahagiaan hidup. Waktu seakan menjadi penentu semuanya.

Cinta demi cinta pun semakin gw rasakan dalam hidup. Baik dari teman, dari keluarga, dari Tuhan, dan semua yang bisa ngasih gw perasaan akan cinta. Kasih dan sayang pun seakan mengakar dalam hidup gw ini.

Perjalanan masih panjang Ikhwan Aryandi. Harus kah gw menoleh ke belakang?

Malam ini aku 26.

Comments

Popular posts from this blog

KARYA IKHWAN ARYANDI

Ketipu Sama Ujan

Telah Lahir