50 First Time to Say, Emang Cinta?

Pertengkaran dimulai ketika sahabat yang satu ini selalu memaksakan kehendaknya ke orang lain. Banyak benturan yang dihadapi ketika dia harus berdiri di atas egoisme yang emosional tanpa adanya kompromi untuk orang lain.

Salah seorang bos gw bilang, "Yang namanya menjalin hubungan serius itu harus selalu memberikan ruang untuk kompromi. Inget, kompromi itu gak berarti salah satu pihak mengalah Tapi..."

Isi sendiri ya, lanjutannya. Gw rasa dia dan kalian semua tau.

Dia pun seakan jadi ribet sendiri karena selalu gak terima apa yang terjadi di dalam hidupnya. Apalagi waktu dia deketin salah satu teman yang dia kenal baru aja. Gak sengaja dia bisa berkenalan dan dekat dengan cewek tersebut.

Seberjalannya waktu, dia mencoba terus masuk dan berjuang atas apa yang telah dia yakini. Yaiyalah, bertahun-tahun hidup tanpa pasangan kadang bikin dia stres. Apaa dia kurang ganteng? Hahahaha. 

Creeekkkk, breeeemmmmm!!! Mobilnya menyala seiring keinginan dia mengantar si ceweknya itu ke rumah. Dengan mobil bututnya, dia membukakan pintu agar si ceweknya itu naik ke atas moobil.

"Silakan... Penerbangan pertama siap diberangkatkan."

Dia nyodorin tangannya sambil tersenyum, "Kenalkan, saya Pilot Adi."

Tak terasa, macet ngebendung dia untuk berkata apa sih sebenernya yang dirasain. Karena dia juga gak tau momen apa yang sedang dia ciptakan.

Percakapan pun terjadi sepanjang perjalanan. Dengan omongan setengah menggoda, dia coba untuk cairin suasana. Karena kalau kata dia bisa runyam misalnya tegang sepanjang perjalanan dari pick up point si cewek itu.

"Kenapa sih loe sering kabur-kaburan tiap kali gw ajak pulang?"
"Takut gw tembak? Atau takut gw utarakan apa isi hati gw?"

Dia semakin pede aja bilang terus terang ke si cewek. Emang sih, kalau menurut gw di umur percintaan orang-orang dewasa, udah gak perlu lagi gaya-gaya kaya ABG. Kalau emang mau ya dekatkan, kalau gw ya jauhkan. Karena buang-buang waktu nantinya.

"Love at first sight, saves a lot of time"

Sebuah quote yang dia kutip dari sebuah film. Filmnya tentang seseorang yang selalu lupa ingatan di saat dia bangun tidur di pagi hari. Tapi, sepanjang perjalanan ada seorang cowok yang gak pernah berhenti berjuang untuk membantu ingatannya kembali sembari dia selalu menyisipkan cinta yang tak pernah padam untuk cewek yang lupa ingatan tadi.

Dia yakin kalau apa yang dia rasain ke cewek itu adalah love at first sight. Mungkin terlalu dini kalau bilang love, tapi gapapa kata dia. Karena emang dia selalu maksain pendapatnya dia juga. 

Tertohok juga sih kalau ngerasa jatuh cinta pada pandangan pertama itu mempersingkat banyak waktu. Emang apa aja? Yaa, kalau menurut gw iya banget karena seperti semacem shortcut untuk memperdalam yang namanya hubungan.

Gak perlu pedekate lagi, gak perlu membentuk rasa cinta itu ke sesuatu yang sok-sok romantis. Atau gak perlu ngebentuk cinta kaya ABG labil yang ngajak makan, ngajak nonton, sok-sok kirim puisi, atau bahkan segala sesuatu yang menurut orang dewasa jadi kaya kebocah-bocahan. Terus nembak, terus tunggu jawaban antara diterima atau ditolak. Sama satu lagi, "gw belom siap," atau "kayanya enakan jadi temen deh."

Beberapa kali dia ini selalu memaksakan apa yang menjadi pemahaman dia ke cewek yang konon (jangan dibalik) itu merasa risih terganggu sama kepemaksaan dia. Sampai di suatu hari si cewek sangat begah dan hopeless karena sifat kepemaksaan dia.

"Oke gw terima, tapi tolong dong. Berpikir itu pakai otak, dan merasa itu pakai hati."
"Laahhh, kok jadi marah ke gw?" Gw bilang.

Menurut dia keseimbangan antara logika dan perasaan atau rasional dan emosional harus selalu di-adjust. Karena sebenarnya kalau seseorang hanya menangin salah satunya, yang ada mikirnya gak imbang.

"Loe cantik, tapi..." dibandingin sama "Loe itu cantik." Beda kan? Masa gak ngerti gimana cara menggunakan atau ngasih diferensiasinya?

Misalnya nih, dia udah ngomong alasan ngedeketin tuh cewek. Dan, menurut dia sangat rasional jika seorang kaum Adam mendekati kaum Hawa. Nah, di situ dia mah kalau gw bilang sangat egois. Itulah kenapa dia dikenal sebagai pemaksa.

Atau dibalik, si cewek merasa kalau dia gak bisa menaruh perhatian lebih ke temen gw ini. Tapi, itu baru perasaan. Kalau dia logis sih dia akan berpikir bahwa memperbanyak teman itu gak ada salahnya kok. Cari musuh gampang, tapi cari teman yang mungkin bisa long lasting itu susahnya setengah mati.

"Tau one hit wonder kan.... atau one night stand," dia nanya gitu ke gw.

Katanya, kalau cuma one shot doang, gw gak akan pernah bisa nilai kapasitas atau kapabilitas seseorang tersebut. Karena sebetulnya maksud itu baru bisa diketahui kita orang lain yang menilai bisa menggunakan pisau bedah antara logika dan perasan. Gak ada tuh cowok mikir pake logika, cewek mikir pake perasaan. Karena sebenarnya cowok/cewek cuma dibedain secara hormonal, bukan secara atitude."

"Loe kira cari cewek gampang? Mainin cewek mah gampang, tinggal bayar. Kalau nemuin cewek yang bakal membagi sayang ke loe itu 50 kali lebih susah!"

"Lah kok gw lagi yang dimarahin," gw semakin terpojok.

"Every man is thoroughly happy twice in his life: just after he has met his first love, and after he has left his last one.

Jleb!

Gw kasih aja senjata untuk dia melawan kepemaksaannya dia. Gw bilang, coba dia tonton bahwa pengorbanan seseorang itu gak dimulai dari ketika dia ingin mendapatkannya. Tapi, di saat orang itu sadar bahwa dia berjuang untuk mempertahankannya.

Si cewek lambat laun semakin gerah sampai pada akhirnya si cewek memutuskan resign dari perjalanan yang dia lakukan. 

"Gw benci anak-anak ini, karena sombong semua."
"Kok loe bisa bilang anak-anak sombong?"
"Ya karena mereka sombong"
"Dari berapa orang?"
"Ya dua orang itiu."
"Dua orang doang loe bisa bilang kalau semua anak-anak sombong?"

Logika emang kadang gak bisa ngalahin emosi kalau cewek itu sedang membenci seseorang. Bayangin aja, dari sample dua orang aja dia bisa ngambil kesimpulan kalau semua orang di situ sombong. Padahal standar kuisioner lembaga survei di seluruh dunia aja sample-nya minimal 100 orang baru bisa dianggap valid.

Tapi, kalau perasaan yang berbicara gimana?

Ya jangan egois aja sih. Menangin salah satu dari logika dan perasaan gak bakal ngebantu. Karena masing-masing akan saling bunuh.

Ceritanya sahabat yang satu ini belum selesai sampai di sini. Karena emang banyak hal yang belum terlihat di benaknya dia. Kalau pemaksa sih tetep, tapi dia dominan. Meskipun yang dia cintai ini ternyata lebih dominan lagi.

Dia sadar, kalau yang sedang dia hadapi itu bukan sekedar perjalanan kaki dari rumah ke warung. Tapi perjalanan mengarungi lautan mimpi dan hamparan ilusi. Entah gimana cara mengejawantahkannya.

Emang cinta? :)

Comments

  1. baangg, judul film nyaa ituuu apaaa? ><
    aku pernah liat, tapi lupa judulnya, aku search di google gak nemu, plisss bang jawabb ><

    nia, sby

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

KARYA IKHWAN ARYANDI

Ketipu Sama Ujan

Telah Lahir