Bentur(k)an

Kemaren baru aja nemuin kesempatan ngobrol bareng sama bos gw tercinta. Banyak hal yang gw bicarain bareng dia. Mulai dari fokus dan pengambilan keputusan terhadap sebuah permasalahn yang sedang hangat terjadi di kantor.

Gak mungkin sih gw ceritain di sini. Pada intinya, masalah ini berhubungan lintas departemen yang ada di kantor gw.

Kesempatan membenturkan sesuatu atas apa yang dipahami, terkadang gw suka ambil itu. Gw seneng mendebat setiap permasalahan yang muncul. Entah apa aja atau dari siapa aja kadang gw benturkan pemahaman gw akan itu.

Kalau berani ngebenturin sebuah permasalahan, tentu dibekali dengan knowledge yang mumpuni, akan ngebikin diri gw dan siapa pun yang gw benturkan itu akan belajar. Terkadang kalau pengen dapetin ilmu dari bos gw itu, gw harus berani membenturkan apapun yang gw tau supaya dia kepancing untuk meluruskannya kembali. Belum tentu lurus, tapi minimal gw punya peluru lagi untuk meluruskannya kembali. Lurus dalam hal ini adalah tentang pemahaman.

Apa kah yang sudah dan akan gw lakukan terus itu bagus? Pemahaman akan menilai sesuatu itu terkadang jangan datang dari diri sendiri. Kalau orang lain mencoba menilai, maka gw yakin kalau yang dari orang lain itu lah yang lebih bernilai.

Ibarat seorang pengamen yang sedang bernyanyi dengan merdunya di sebuah bis kota. Berapa receh ribu-ribuan yang dia dapat lah yang jadi ukuran seberapa bagus dia menampilkan sebuah performa. Meski ukurannya cuma untuk habis dia untuk makan sehari, tapi minimal dia melakukannya demi bertahan hidup.

Kalau sudah berani melakukan, jangan pernah ignoring apa yang sudah didapat. Jangan pernah menilai diri menjadi sangat kurang, atau bahkan belum mencapai pemahaman yang terbaik dari apa yang sudah terjadi.

Kenapa gw anggap bos gw itu rasional? Karena gw ngeliat kalau dia tak pernah ignoring apapun yang terjadi di sekelilingnya. Apa yang terjadi ya emang harus terjadi. Tanpa adanya penolakan, atau bahkan denial akan sesuatu.

Berani menanam pohon, siap juga menerima resiko apapun yang terjadi atas pohon itu. Entah rusak, atau ada benalu, atau bahkan ditebang orang gak bertanggung-jawab. Yang penting pahamin kalau benturan itu akan selalu ada, dan bahkan keberanian untuk menciptakan benturan-benturan lain yang lebih "mendewasakan" lah yang patut dipelajari dalam memahami hidup.

Ram it until it bump back, so there will be another value of life.

Comments

Popular posts from this blog

KARYA IKHWAN ARYANDI

Ketipu Sama Ujan

Telah Lahir