Mungkin dia Lupa
Sepertinya malu-malu sih. Menjadi buah bibir di setiap sudut kantor. Awalnya cuma becandaan, tapi kenapa lama-lama dia semakin agresif.
Sorotan mungkin jadi makanan empuk buat dia sehari-hari. Karena emang keadaan membikin semua yang dia lakukan seperti jadi sorotan. Salah sedikit atau salah banyak ngebikin orang selalu berkomentar.
Gak cuma itu keleus, tapi yang lebih parah lagi kenapa semua orang selalu menaruh perhatian atas apa yang dia lakukan. Terlebih dia seorang yang jarang marah, dan selalu riang ngadepin fakta "selebritas" yang ada di pundaknya.
Misalnya lagi disiksa sama bosnya, disuruh bikin cerita baru untuk setiap project yang didapat. Tapi, semua berubah ketika seseorang masuk dan menaruh perhatian lebih ke dirinya.
Gelo aja, dalam sekejap mata perubahan terjadi tanpa ba-bi-bu. Semenjak ada seseorang itu dirinya langsung semakin bersolek, memperhatikan penampilan, dan mengawasi tingkah-lakunya.
Berbagai daya dan upaya dilakukan untuk impress seseorang itu. Ngebikin penasaran, tapi tanpa melupakan kalau dirinya juga punya kekurangan.
Sampe pada satu waktu dia ngerasa kalau yang dia pandang itu bisa mengubah semua paradigma yang dia ketahui tentang apakah itu memberi. Waktu itu masalahnya cepat banget berlalu. Tanpa ingin mengacaukan proses yang sedang dijalani, tapi gak kerasa ternyata perjalanan menjadi begitu terjal.
Perjalanan tersebut pun ngebikin dia semakin penasaran sampai dia ngerasa semakin hari semakin besar rasa ingin memiliki seseorang itu. Di awal emang malu-malu gih dah, tapi gak kerasa dia udah semakin yakin atas apa yang dituju.
Entah lah, perasaan itu menjadi tanda tanya untuknya. Heran karena sebenarnya apa yang dia inginkan itu tulus dan luhur.
Mungkin dia lupa.
Comments
Post a Comment