Untuk Perempuan yang Sedang di Pelukan

Sesulit itu kah menerima kenyataan kalau kereta kandas seperti hal yang sedang gw hadapi. Kereta terhenti di Stasiun Palmerah yang ngebikin keterlambatan hingga 2 jam sampai di rumah.

Ternyata kenyataan gak sesuai dengan harapan itu banyak dan kerap terjadi di dalam hidup. Abis lari GBK, ngarep pengen pulang cepet, ternyata delay sampe 2 jam sampe rumah.

Kadang emang menyatakan sesuatu atau membuat nyata sesuatu itu gak semudah itu. Peluk, tangis, dan tawa pun mewarnai dalam kebaikan sebuah perjalanan.

Pernah terpikir berbakti ke seorang perempuan yang akan gw cintai sampai gw mati. Namun, kalau emang harus berubah tanpa akhir yang jelas pun harus gw hadapi.

Intinya sih kalau gw ngerasa di saat gw seperti ini, gwnya yang harus bersikap. Di saat sesuatu yang membahayakan terjadi, maka jauh sebelum itu harus gw antisipasi dengan sikap negatif.

Kenapa negatif?

Seorang sahabat yang telah 5 tahun ini hilang sempat chatting dan ngasih advise kalau gw itu orang yang terlalu positif. Oleh karena itu, di saat sesuatu yang negatif itu nyenggol, gw langsung meledak tanpa ada arah ke mana amarah gw berlangsung.

Jangan memulai.

Kalau tau membahayakan, jangan gw mulai. Karena tentu ada resiko di situ yang harus gw tanggung. Misalnya udah tau gak bisa, tapi dimulai. Atau misalnya seseorang itu udah tak berhati ke gw, untuk apa diteruskan. Tentu bukan karena gw baik, tapi di posisi ini gw seperti orang lugu atau bahkan bodoh.

Berbakti ke manusia bernama perempuan pun gak selalu menyatakan dengan sikap yang all out atau menjadikannya ratu sejagad di muka bumi. Akan tetapi, harus bisa menjadikan perempuan itu dengan posisi yang equal.

Karena pada dasarnya wong sama-sama membutuhkan, dan harus sama-sama memberi. Gak hanya sekedar kasih sayang atau cinta yang menye-menye doang. Untuk melanjutkan hidup dan mewujudkan kebahagiaan berdua, harus disertai kepercayaan yang tinggi.

Tanpa adanya prasangka, meski cemburu tetap harus dipelihara.

Karenanya, perempuan harus bisa jadi pasangan yang kerap memimpin dan dimpimpin oleh gw sebagai laki-lakinya. Emang dia bintang, dia bulan buat hidup gw, tapi dia harus bisa jadi secercah sinar matahari yang menjadi energi untuk setiap lingkup kehidupan gw esok harinya.

Melangkah tanpa adanya rasa ragu, membuka semua kehampaan dan kesepian ini dengan langkah positif. Tanpa melupakan kalau perasaan negatif itu perlu.

Gimana nempatin negatif itu di saat rasa sayang itu sedang besar-besarnya?

Bisa aja di saat seperti itulah keadaan gw dicoba dengan hal-hal yang tentu kadang jadi teka-teki. Jika terjawab dengan baik ya gapapa, tapi giliran gw nemuin "kotoran" di depan gw, ya masa gw harus kabur? Coba bersihkan aja, sampai sebersih apa.

Perempuan itu ibarat sebuah anugerah Tuhan yang harus dijaga. Tanpa ada lelah yang ada di benak gw, tapi tentu harus dikondisikan agar tetap menjadi posisi yang saling memberi.

Meminta mungkin mudah, tapi memberi lah yang kadang menjadi ujian untuk siapapun yang ingin. Ikhlas atau gak, bener atau gak, sesuai atau gak, dan semua keraguan yang kadang memompa kecantikan dari seorang pengabdi.

Pengabdi perempuan.

 Yang sedang di pelukan.

Pelukan siapapun.

Comments

Popular posts from this blog

KARYA IKHWAN ARYANDI

Ketipu Sama Ujan

Telah Lahir