Konsisten Untuk Tidak Konsisten
Pernah gak ngerasa kalau diri sendiri itu gak taat aturan? Apalagi dengan keteguhan hati yang dibalut dengan ketidakkonsistenan yang seperti berjalan beriringan?
Berita mengenai isu yang meluluh-lantakkan sendi-sendi kehidupan manusia emang kadang bikin diri gw sendiri gak konsisten. Selama ini, gw yakin banyak ketidakkonsistenan yang berujung gw yang cuma menuntut aja. Gak pernah ngasih solusi.
Selama pandemi ini, yang dianggap seolah-olah ada, banyak kejadian-kejadian baru yang dulunya gak lazim tapi menjadi lazim. Banyak hal-hal baru yang kayanya bisa dijadiin kesalahan atau patut dipersalahkan.
Seperti apa yang gw liat di depan mata. Apakah boleh gw membiarkan seseorang makan atau minum di dalam kereta api?
Kalau gw akan gw tegur. "Mohon maaf, gak boleh makan dan minum di dalam kereta mas/ mba/ ibu/ bapak. Karena emang perarturannya ada coy.
Mungkin ada yang gak sependapat sama gw. "Ya kan kalau bawa anak kecil gimana, kalau orang tua gimana, kalau dia pengen gimana, kalau dia laper gimana."
Di sekeliling gw tentu banyak orang yang hidupnya itu hanya dihantuin sama kata KALAU. Karena banyak hal yang sebenarnya gak jelas di negeri tercinta ini. Peraturan dibuat sepertinya buat pajangan doang.
Plang rambu terpampang di sepanjang jalan, tapi tetep aja terjadi pelanggaran atau melanggar selama gak ketauan. Banyak pertentangan semua harus mengacur peraturan, tapi dalam kenyataan gak dijalanin.
Ke mana-mana pake helm naik motor, tapi waktu gak pake helm ngomongnya "Yaahhh, cuma ke indomaret, gak jauh-jauh amat kok."
Jepang bikin motor Honda, Yamaha, Suzuki itu pake ilmu pengetahuan cuy. Masa iya kita makenya cuma pake pemikiran yang pendek. Udah gitu nganggepnya sepeda aja gitu katanya cuma beli telor.
Ngajarin anak kecil untuk buang sampah di tempatnya pun banyak kendalanya. Misalnya, dibagi 3 tempat sampah, organik, nonorganik, dan plastik. Tapi pas truk sampah ngambil, semua dijadiin satu dalam satu wadah sampah di truk.
Maksudnya baik, ngajarin untuk misahin antara sampah berdasarkan daya urainya. Tapi, kenapa pas diambil kenapa semuanya dicampur? Hahahahaa...
Atau kemampuan diri untuk gak terlambat dalam janji bertemu atau janji rapat. Apakah pernah terbersit di kepala atas gaji yang gw terima itu diawali dengan akad perjanjian untuk tidak terlambat. Atau janjian ketemu dengan teman yang diawali dengan rasa saling percaya.
Lemesin aja cuy, Jakarta keras bung. Macet di mana-mana.
Seperti seorang teman pun bersikukuh bahwa dirinya konsisten ngajarin anaknya untuk taat sama peraturan yang diberikan. Tapi, dalam kenyataan banyak ketidakkonsistenan di dunia luar yang anaknya itu hadapi. Anaknya akan ikutin siapa? Wallahualam.
Selama apa yang diberikan ke anak kecil peraturan yang seketat apapun, tapi kenyataan di lapangan saat anak berbaru dan berkehidupan sosial, kalau menurut gw nihil cuy. Kaya karaoke di kamar mandi, hehehee.
Tadi, gw berangkat pergi ke kantor denga perasaan lega karena disuruh piket katanya, hahahaa. Selama kerja di rumah ini gw ke kantor 2 minggu sekali kayanya. Dan terkadang kalau ada rapat dadakan kudu bisa 2 atau 3 kali seminggu.
Apakah berhak menegur orang di kereta kalau dia ************k? Yaaah, transportasi 3 ribu perak cuy, loe ngarepin apaan.
Mau gak mau itu realitas yang hadir setiap hari di depan mata, atas apa yang terjadi belakangan ini. Pengen sih gw hidup kaya di Jepang, tapi sebenci-bencinya gw tetep cinta Indonesia.
Yang konsisten untuk tidak konsisten.
parah loe...
Comments
Post a Comment