Hanya Bisa Merasa, Tanpa Visual

Terpikir dalam benak gw, gimana orang yang berkekurangan seperti penyandang tunanetra, tunarungu, atau berkebutuhan khusus lainnya, itu menyerap apapun yang dibutuhkan untuk bertahan hidup.

Sementara, gw yang alhamdulillah masih diberi kebaikan dari Allah SWT, dengan tanpa kekurangan apapun masih belom bisa bijak dalam bersikap. Gw masih mentingin ego gw sebagai "orang normal" dengan bertindak sesuka hati gw aja.

Kalau dibayangin, gimana orang tunanetra menelaah apa aja yang bikin mereka bertahan hidup. Dari lahir mereka gak tau bentuk dari tangan, mereka gak tau bentuk dari kaki, dan banyak wujud-wujud keindahan Tuhan yang bisa divisualisasikan.

Lalu bagaimana ketika penyandang tunarungu yang gak pernah bisa mendengar bunyi apapun yang seliweran di dunia ini, berbicara karena mereka gak pernah denger suara mulut mereka. Bagaimana dia menyerap informasi, meskipun bisa melihat, dan menyaringnya tanpa ada maksud apa-apa. Hanya untuk bertahan hidup.

Dan banyak saudara-saudara gw yang berkebutuhan khusus dalam menyikapi kehidupan yang fana ini. Toh, mereka juga harus berusaha bertahan hidup kan?

Tadi pas lagi lari sore, ada seorang penjual kerupuk udang tunanetra yang bikin gw terbersit untuk mengolahnya jadi tulisan gak penting ini. Mereka sepasang suami istri tunanetra yang kerap jadi perhatian gw.

Mereka tau gimana rasanya panas matahari, tau bunyi dari klakson mobil, namu mereka gak pernah tau wujudnya kaya apa. Kepikiran jadinya kan.

Begitu pula tunarungu yang tau wujud matahari seperti apa, tau wujud mobil seperti apa, tapi gak tau cara mengutarakan dan mendengarkan bunyinya.

Gw jadi ngerasa kecil banget cuy. Karena gw yang masih dikasih fungsi tubuh normal aja kok ya masih gak bisa "nahan" atau sekedar menyaring apa yang akan masuk ke tubuh dan alam pikiran gw di era yang penuh fitnah sekarang ini.

Gw gak ada apa-apanya karena gw aja masih sering ngelakuin kesalahan, bahkan kesalahan yang disengaja atau direncanakan. Gimana mereka yang berkebutuhan khusus ini bahkan jadi korban kesalahan-kesalahan yang sering dilakuin manusia normal? Kan kesel jadinya kalau dipikir-pikir.

Apa yang gw liat, apa yang dengar, dan apa yang gw rasa itu harus jadi tolak ukur yang positif. Tentunya buat gw bertahan hidup. Mungkin gw sok-sokan aja, tapi semua karena Allah SWT yang bikin gw jadi seperti gw sekarang.

Tugas manusia itu menyerap informasi, menelaahnya dalam hati, dan mengeluarkannya kembali dalam sikap atau langkah yang tentu berguna buat orang lain. Semua kudu positif lah cuy. Atau gak malu gw sama saudara-saudara gw yang berkebutuhan khusus tadi.

Seolah-olah gw jadi kasih makhluk "kerdil" yang bisanya cuma nyerang, nyalahin orang, tanpa ada kontribusi apa-apa buat orang lain. Apa jadinya gw dan banyak orang normal lain dirasa seperti dikerdilkan?

Kalau berkaca kepada mereka yang berkekurangan, apakah penting semua informasi yang entah baik atau buruk seliweran belakangan ini? Mereka gak bisa melihat (tunanetra), mereka pun gak bisa mendengar (tunarungu), atau bahkan mereka gak bisa berlari ketika kaki yang mereka pijak ke tanah hanya satu kaki.

Tapi mereka harus bertahan hidup juga kan? Dengan penangkapan sesuai yang mereka sanggup lakuin dan implementasiin. Pernah kebayang gak sih di posisi mereka, dengan berjuta-juta kejahatan informasi sekarang? Mereka orang-orang hebat sih kalau menurut gw.

Sesampainya di rumah gw jadi mikir, kenapa gw secetek itu ya dalam menelaah, menyelami, dan mengeluarkan informasi itu kembali jadi hal yang berguna buat masyarakat. Dengan terengah-engah gw masuk ke rumah, dan kembali merasa kerdil. Entah dari perspektif mana.

Gw paksain ngeringin badan, dan langsung mandi untuk bikin sebuah perspektif lewat secarik tulisan gak penting ini. Ini cuma tulisan gak penting, tanpa data, dan hanya berdasarkan pengalaman hidup gw aja. Jadi nikmatin aja, tanpa perlu tau kecondongan gw ke mana. 

Gw pun gak tau dan belum tau misalnya berada di posisi mereka. Yang pasti gw ngerasa kalau gw sendiri butuh berposisi seperti gw yang gak bisa bervisual dan gak bisa mendengar, tapi gw tau apa yang gw butuhin buat bertahan hidup.

Karena mereka hanya bisa melihat, tanpa berucap. Dan mereka hanya bisa merasa, tanpa visual.

parah loe...

Comments

Popular posts from this blog

KARYA IKHWAN ARYANDI

Perintis Periklanan Itu Bernama Nuradi

Nasi Padang Agensi Jepang