Jejaring Sok Sial
Berbicara tentang situs jejaring sosial yang sekarang marak berkembang, gw jadi kepikiran apakah gara-gara ini juga orang bisa jatuh dalam waktu cepat dan terkenal dalam waktu cepat. Mungkin, kalau dulu orang mengenal blog sebagai arahan media baru untuk orang dapat mengaktualisasi diri.
Selain pergeseran fungsi internet sekarang sejak kehadiran Facebook, media digital juga menjadikan orang seperti bisa berbuat sesuka hati mereka. Melihat perkembangan Twitter sebagai media microblogging yang langsung berhubungan dengan follow mem-follow itu, ternyata menarik juga untuk orang agar bisa terus eksis dalam dunia.
Emang sih semenjak kehadiran dunia maya, internet yang maju, perangkat komputer pendukung yang semakin canggih, dan Blackberry dan iPhone yang mewabah, setiap orang mulai bisa memaksimalkan kecanggihan ilmu telekomunikasi.
Positifnya sih orang bisa jualan atau berkampanye untuk Pilkada atau pemilihan apapun. Yang pasti, semakin membuat orang semakin kreatif. Kenapa gw bilang kreatif? Ya, karena orang bisa memamksimalkan integrasi semua hal mulai dari internet, infrastruktur mobile phone yang tambah manteb, dan hal lain yang semakin hari semakin canggih.
Internet itu milik orang yang berpendidikan. Kalau menurut gw gak juga ah, karena emang dengan kehadiran internet dan apalagi sudah menjadi kurikulum di pendidikan dasar dan menengah membuat orang bisa terus mengikuti perkembangannnya. Paling yang jadi masalah cuma perangkatnya aja yang untuk sebagian orang membeli komputer itu masih mahal. Tapi, hal ini diminimalisir dengah kehadiran warnet sebagai solusinya.
Hal lain yang bisa dilakukan adalah kehadiran source yang inspiratif. Seperti Nguping Jakarta, Ruang Freelance, dan sebagainya. Jujur aja, itu ngebuat gw bisa seperti menemukan suber-sumber yang bisa gw jadikan untuk apapun yang gw butuhkan.
Kalau diliat emang jaman sekarang itu orang cenderung mencari semua hal yang emang inspiratif buat mereka. Jadi mereka sendiri bisa mendapatkan "apa" yang mereka butuhkan. Seiring dengan perkembangan, kadang orang sendiri bisa mencari atau menjadikan kehadiran teknologi ini sebagai alat untuk "menjual" atau "menjatuhkan" diri sendiri.
Emang kembali ke orangnya sih. Sejauh mana mereka bisa membuat eksistensi diri mereka baik ataupun buruk di dunia jejaring sosial ini. Padahal jaman dulu semenjak orang masih harus bertemu atau minimal menelepon untuk mendapatkan info seseorang, tapi sekarang berbeda karena dengan Facebook atau Twitter orang bisa mengetahui info seseorang.
Jadi, teknologi jahat atau baik? Padahal kalau disadari teknologi telah merenggut kebiasaan manusia untuk berkumpul. Makanya kalau gw lagi nongkrong, gw harus bisa membuang jauh hape karena waktu gw sekarang untuk ngobrol. Kalau gw masih maen hape, berarti gw gak menghormati lawan bicara gw.
Tapi, teknologi berhasil memangkas mahalnya biaya telepon, surat, dan yang lain untuk mengetahui kabar seseorang. Gak hanya ongkos, tapi menembus ruang dan waktu. Walaupun untuk sebagian orang digunakan untuk mengkritik, menghujat, atau menjatuhkan orang secara langsung dan dilihat orang banyak.
Baik atau buruk tergantung penggunanya. Jadi teknologi sebaik apapun, tetep semua hal kembali ke orangnya.
Baik atau buruk cuma gw yang bisa nilai, perubahan baik apa gak cuma saya yang bisa ngukur.
Kaya hidup gw. Hahahaha.
Comments
Post a Comment