Komunikasi dan Teknologi

Yeah, udah hampir seminggu gw gak nulis. Rasanya udah lama aja gw gak berbagi dengan diri gw sendiri lewat tulisan. Kayanya sih emang gwnya lagi gak pengen menumpahkan ide lewat tulisan. Apa gwnya emang yang gak punya ide? Halah? Labil banget gw.

Ya, emang minggu ini minggu yang melelahkan buat gw. Tempaan demi tempaan semakin ngasih gw pelajaran tentang semua hal hidup. Walaupun gw sebenernya gw kadang pengen lari keluar dan gak ngadepin, tapi gw yakin semua yang terjadi itu banyak ngedewasain diri gw.

"Social Media sebagai Pergerakan Ultracepat Komunikasi Massa."

Hahahha, dari tadi gw lagi mikirin mau bikin sebuah karya ilmiah untuk S2. Keren kali ya misalnya gw berani ngelanjutin studi gw ke jenjang yang lebih tinggi. Seperti yang semua gw alami belakangan ini, mungkin bisa dijadikan kasus untuk gw bedah lebih lanjut.

Gw akuin, percepatan informasi dari segi teknologi komunikasi emang gila banget. Gw ngerasa hampir gak bisa mengikuti cepatnya arus pergerakan informasi. Sebenernya apa sih yang ngebikin kaya begini? Apakah karena teknologi semakin dekat dengan pengguna dengan adanya mobile application?

Tentunya kalau dibedah akan banyak banget alasan dan dampak yang bisa diungkap. Ini cuma bisa gw dapatkan dari hal-hal yang nyata berdasarkan Facebook dan Twitter. Gimana kalau gw tekunin mendalam karena gw ngerasain pergerakannya ya?

Komunikasi emang berkembang dengan luar biasa hebat. Kalau pernah denger teori bullet, mungkin komunikasi itu sebagai sesuatu yang ditembakkan dari sepucuk pistol. Dan, si penerima gak bisa ngelawan. Yang bisa dilakuin cuma menerima.

Tapi, kalau sekarang? Komunikasi udah bukan sekedar yang diberikan satu arah. Misalnya, seperti khutbah Jumat yang cenderung satu arah. Justru komunikasi itu menjadi sebagai sesuatu yang amat kompleks. Baik dari cara berkomunikasi, sampai pergerakan pasar itu bahkan bisa dibawa melalui komunikasi.

Facebook dan Twitter emang produk komunikasi yang sangat spektakuler. Dampaknya bahkan kalau gw bilang bisa mengubah pola pikir dan perkembangan kebudayaan msyarakat. Gak hanya itu, semua yang tadinya gak bisa terwujud, sekarang bisa terwujud.

Gw sih ngebahasnya dari segi pergerakan informasi itu sendiri ya. Misalnya aja gw ngasih sebuah isu tentang sebuah produk yang akan memberikan hadiah. Let say, misalnya Blackberry. Sebagai sebuah produk yang sedang booming, hape itu pasti diincer orang sangat.

Nah, di sinilah kekuatan informasi menggerakan aktivitas di Facebook dan Twitter. Entah kegiatannya apa, yang pasti orang akan berlomba-lomba dalam ngedapetin hadiah itu. Menciptakan kegiatan yang menarik dan seru tentu harus dipikirkan secara konsep digtal.

Kalau ditelaah lagi, secara gak sadar misalnya diadakan kegiatan, awareness tentang produk yang akan memberikan hadiah itu pun akan terbangun di mata user. Mereka pun gak sabar kalau semakin berkegiatan di dalam promo itu, mereka pun akan semakin ter-brainwash akan si produk.

Emang sih media sosial seperti Facebook dan Twitter sedang digunakan oleh para pemodal besar untuk membangun awareness di masyarakat. Daripada masang berjuta-juta di prime time atau masang billboard di bilangan Semanggi, tentu dengan menggalakkan media "gratis" ini akan bisa lebih memasarkan produk lebih luas.

Apakah user mengerti? Mungkin untuk sebagian orang mengerti, tapi kalau udah dijanjikan menang Blackberry, tentu aja orang akan berbondong-bondong mengejarnya. Dan, secara tak sadar awareness produk terbangun di kepala user.

Entah kenapa emang fenomenal sekali perkembangan teknologi komunikasi melalui social media. Karena konsepnya yang simpel dan semakin dekat dengan masyarakat, membuat perkembangan industri marketing di Indonesia jadi sangat subur.

Penggunaan konsep "penarikan kesimpulan di awal" yang pernah gw bahas sebelumnya pun menjadi kendaraan di dalam pola berpikir kaya gini. Tentu user bodo amat kegiatannya apa, yang penting Blackberry. Nah, pola-pola seperti ini kayanya sih bakal berkembang hebat. Dan, tentunya pengguna dan para pemodal besar akan semakin gencar dengan kehebohan dan kecepatannya.

Seru sih emang kalau gw berani ngupas ini lebih lanjut. Karena ini bakal berhubungan satu sama lain. Ilmu komunikasi, marketing, sosial, ekonomi, dan banyak pisau bedah yang akan saling berkaitan. Atau justru dari segi kebahasaan sebagai landasan ilmu gw yang sebenarnya.

Paling enak sih ngebedah dari sudut komunikasinya. Karena kalau gw nyoba ngubungin lewat pisau ekonomi atau sosial, mungkin gw gak akan ada habisnya. Apalagi percepatan Facebook dan Twitter ini akan ngebuat yang gw buat itu akan cepet banget basi. Gw gak akan pernah tau apa yang akan terjadi 1 detik ke depan.

Facebook baru aja mengubah tombol "Become a Fan" mereka menjadi tombol "Likes." Dan, spektakulernya semua strategi digital berubah. Apalagi sekarang di fan page itu user gak bisa see all, atau ngeliat member-member lain. Nah, tentunya kegiatan di bagian Wall di fan page tersebut harus aktif kalau ingin engaging sesama user.

Gila gak sih tuh, dan seperti semua agensi iklan di seluruh belahan dunia jadi teriak-teriak. Karena semua strategi mereka seakan harus ngikutin lembaga baru bernama Facebook itu.

Emang kalau dibahas gak akan ada habisnya. Apalagi kalau dilihat dari sudut padang user itu sendiri. Gw gak akan pernah tau apa yang akan mau user tulis dan pikirkan dalam menanggapi fan page yang berubah sistem ini.

Mungkin gw akan coba kaitin nanti dari sudut pengguna atau user deh. Karena emang yang gw teriakkan ini sebuah pencarian akan kehausan gw dalam bidang komunikasi. Entah apa itu, tapi mungkin ini bidang baru yang ingin gw geluti baik secara lapangan maupun konseptual pendidikan.

"Social Media sebagai Pergerakan Ultracepat Komunikasi Massa." DOAKAN!

Comments

  1. Tombol become a fan diubah jadi likes? Baru nyadar.

    Lagian become a fan rada lebay ah... selain itu bisa berarti "menjadi sebuah kipas angin" jg literally. lol.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

KARYA IKHWAN ARYANDI

Perintis Periklanan Itu Bernama Nuradi

Nasi Padang Agensi Jepang