"Demam"

Demam, demam, dan demam. Mungkin kata itu yang sedang mem-brainwash orang-orang Indonesia sekarang. Pas banget emang dengan datangnya Piala dunia 2010 yang sedang berlangsung sebulan penuh ini di Afrika Selatan. Selain itu banyak ternyata demam-demam lain.

Deman yang gak kalah menarik adalah demam Ariel, Luna maya, dan Cut Tari yang gak lepas dari perhatian publik. Gak menutup juga dengan keberadaan masalah-masalah lain yang terus, kalau menurut gw, meresahkan. Tapi, gak tau juga sih, karena emang masyarakatnya aja demen dengan yang disebut "demam" itu sendiri.

Apa sih yang diharapkan dengan keberadaan "demam-demam" itu sendiri? Tentunya kalau demam piala dunia pengen ngeliat siapa sih juaranya untuk tahun ini. Kalau kasus video bokep yang beredar itu, banyak yang semakin membiaskan (termasuk gw dengan nulis ini, hehehe) agar perhatian publik semakin melebar.

Tapi, jujur aja emang sekarang pergerakan informasi gak hanya secara fakta, opini pun semakin tambah cepat melebar dengan adanya teknologi informasi. Melalui Twitter dan Facebook orang bisa dengan seenaknya upload video yang kalau menurut gw entah berantah orang itu dapet videonya.

Keberadaannya pun seakan mengalahkan eksistensi-esksistensi lain yang lebih bermakna. Kalau menurut gw kalau udah ngomongin pasar mah pasti akan seperti itu. Gak hanya produk komersil, produk kriminal atau olahraga pun bisa jadi target opinin yang akan kebentuk.

Meski begitu, gw yakin kok masyarakat bisa menentukan mana yang baik atau yang tak baik. Karena gw tetap meyakini masyarakat itu "hakim" paling adil. Tanpa melalui media persidangan sekali pun, ancaman sanksi masyarakat bisa sangat berguna dipakai sebagai pisau beda.

Misalnya, final piala dunia nanti adalah Korea Utara dan Korea Selatan di final. Anggep aja mereka bisa ngalahin semua lawan. Nah, gimana tanggepan masyarakat dunia?

Atau misalnya, kasus video yang sampe sekarang gak jelas mau dibawa ke mana arah opini publik, akan bisa mengubah semua paradigma tentang sebuah hal yang dianggap tabu?

Hahahah, gw mah cuma pengen ngabadiin "demam" yang sedang melanda ini aja. Siapa tau setahun atau sepuluh tahun mendatang pas gw baca tulisan gw yang sekarang ini, bisa ngebawa gw ke flashback akan sebuah hal yang tentunya berhubungan dengan "demam."

Pengen sih, di dalam hati kecil gw, ngebuat yang berguna buat masyarakat. Apakah produk, atau sistem, bahkan kalau bisa pemikiran gw jadi industri. Tapi, apa bisa menerjemahkan semua pembahasan masyarakat dari kebergerakan?

Gak akan bisa sih, karena "pasar" itu sendiri akan melaksanakan seleksi alam dari apa yang sedang terjadi. Membuat segala yang berdasarkan "pasar?" Tentu pengen banget gw ngelakuin, dan tentunya apa yang gw buat itu gw tujukan untuk masyarakat yang sebelumnya untuk diri gw sendiri.

Ngeliat pergerakan dari "demam-demam" tersebut, menurut gw emang masyarakat itu haus yang dinamakan pengembaraan opini. Jadi jangan pernah menyalahkan posisi masyarakat di sini. Karena sampe kapan pun, gw juga akan menganggap sesuatu yang "luas" itu justru bisa menyempitkan sebuah masalah dengan pergerakan pola kebudayaan tertentu.

Hayah? Sotoy banget gw ngomongnya. Gapapa lah, yang penting analisis sampah gw ini bisa gw liat sebagai bentuk apresisasi gw terhadap "demam" itu sendiri. Gw juga yakin kalau prosesnya pun gak akan pernah berhenti. Setelah ini mungkin ada penyakit lain yang akan terus mewarnai literatur kebudayaan masyarakat.

Kembali ke perjuangan, apa yang gw lakukan emang selalu menjadi evaluasi gw setelah melewatinya. Dengan tidak mencoba melawan, apalagi dari "demam" yang sedang terjadi ini, gw yakin apa yang gw lakukan benar. Benar menurut gw, minimal.

Jadi, jangan takut bermimpi dan berusaha. Karena sebenernya gw sendiri harus bisa membuat "demam-demam" lain yang lebih berguna untuk masyarakat.

Semangat!

Comments

Popular posts from this blog

KARYA IKHWAN ARYANDI

Perintis Periklanan Itu Bernama Nuradi

Nasi Padang Agensi Jepang