Parkinson
Rebahan, tiduran, nonton dvd, bikin makanan aneh-aneh, itu aja yang gw lakuin weekend ini. Lagian gw juga gak ada acara deh. Mau ke mana juga? Hehehehe.
Tadi gw nonton film yang menjelaskan tenang penyakit Parkinson. Intinya sih tentang film romantis percintaan yang ceweknya menderita penyakit tersebut. Bagus filmnya, karena ngedepanin perjuangan cerita dari ceweknya agar bisa mempertahankan hubungan.
Yang bikin gw terinspirasi adalah kenapa orang yang handicap itu selalu menjadikan dirinya nomor dua. Padahal gw yakin di antara mereka pasti ada yang bisa berkarya bahkan jauh lebih bagus dibanding orang yang normal.
Ngeliat penyakit Parkinson, penyakit itu adalah ketidakmampuan orang dalam melawan keinginan otak dalam menggerakan tangan. Penderitanya selalu menggerak-gerakkan tangan dan cenderung gak bisa berhenti.
Kalau dilihat, emang orang terkena penyakit Parkinson itu gak bisa mengendalikan apa yang diinginkan otak dengan apa yang dihasilkan, yaitu reaksi. Menggerakkan tangan itu bukan hal yang diinginkan oleh penderita, tapi emang kesalahan sel atau organ di otak yang membuat jadi seperti itu.
Melakukan sesuatu yang sebenarnya diri sendiri gak menginginkan.
Gw jadi kebayang dri gw sendiri deh nih. Karena kadang sesuatu yang sebenarnya gak mau gw lakuin suka gw lakukan. Atau malah kebalik? Sesuatu yang gw mau lakuin, tapi gak terlaksana sama sekali?
Tapi, ngeliat penderita Parkinson, mereka bisa kok menjadi atau melakukan hal-hal yang mereka inginkan. Gw yang normal harus bisa juga dong. Karena gw diberikan nilai lain yang lebih, dan gw harus bisa memaksimalkannya.
Jangan pernah ngerasa kalau gw bisa segalanya. Usaha dan pemikiran itu berbanding lurus. Misalnya ingin mendapatkan sesuatu atau melakukan sesuatu, ada baiknya adalah sesuatu yang diinginkan. Atau minimal dipikirkan.
Gw pengen kalau yang gw lakukan itu sesuai dengan kemauan gw. Itu harus ditanam terus di benak. Karena gak enak deh kalau ngelakuin yang bukan dipengenin. Ujungnya kalau gak nyesel atau meratapi, misalnya salah.
Males banget ya misalnya harus meratapi?
Makanya itu gw harus banyak belajar dari penderita Parkinson itu. Di antara ketidakmampuan mereka melawan, tapi mereka bisa memaksimalkan kemampuan lain yang masih bisa dilakukan.
Melawan keinginan? Atau melakukan yang gak sesuai dengan keinginan?
Tergantung dari gwnya sendiri yang harus bisa memilih dan memilah. Karena sesungguhnya tindakan itu cuma gw, otak, dan perasaan gw yang tau. Tapi, dampaknya dari orang lain yang menilai begitu besarnya. Koreksi.
Comments
Post a Comment