Esensi Nol
Shortcut, semua itu lahir dari esensi.
Kalimat ini gw dapetin selama gw jadi bawahan dari creative director gw yang sekarang di kantor yang udah gw masukin selama setahun ini.
Jadi tadi gw satu tim ngebahas apa aja yang gw dapet dari seminar Citra Pariwara 2012 yang gw ikutin kemaren. Karena emang pada dasarnya gw ngira kalau apa pun yang gw dapetin dari momen seminar itu, harus gw maknai dengan baik.
Misalnya cerita tentang "loe gak bisa ngeluarin ide dalam waktu 3 detik, berarti loe gagal." Meskipun gw tau itu exaggerate dari cerita Mayan, ECD JWT China, yang menceritakan waktu dia jadi juri di Cannes Lion yang mengharuskan dia untuk mutusin entry yang masuk atau gak dalam waktu 3 hari, tapi gw yakin kalau di dunia ini semua gak ada yang instan.
Minimal gw harus tau esensi itu lahir dari mana. Lahir seperti apanya pun jadi agenda yang harus gw temukan. Pola pikir palin basic dalam bekerja sebagai pekerja kreatif adalah mengembalikan semua kepada esensi dari semua produk.
Basically, semua brand dan produk itu sama. Semua berkesempatan ngedapetin award. Tapi, dari mana gw berangkat itu yang harus gw maknai sebagai awalan. Awalan itu pun berupa ide yang mendasari itu semua.
Shortcut itu kadang bisa jadi gaya hidup, bahkan bisa jadi tabiat. Karena pada dasarnya setiap orang pengen ngedapetin kesuksesan dengan cara yang instan. Ngomongin momentum, semua harus kembali ke esensi apa yang dipunya dari setiap cara gw mengupas setiap permasalahan.
Emang step-nya jadi terkesan panjang, tapi gw harus yakini kalau gw harus ngelaluin itu semua. Kalau potong kompas gitu aja mah gampang, tapi pasti hasilnya gak baik.
Esensi itu adalah mengembalikan semua yang di awang-awang ke kodratnya. Untuk apa, bagaimana, kapan digunakan, atau isi/kontennya seperti apa. Nilai dalam mengupas segalanya itu akan muncul perlaan seiring dengan gw membahasanya secara mendalam.
Ini yang akan gw jadikan pola dalam berpikir. Semua harus dikembalikan ke dalam wujud dan fungsinya seperti semula. Dalam waktu berapa lama pun gw harus bisa menjadikannya itu sebagai sesuatu yang bermakna.
Sehingga hasilnya pun bisa berujung ke sesuatu yang baik. Esensi itu nilai, dan esensi itu kodrat. Award apa enggak, cuma masalah waktu, momen, dan persepsi.
Kemballi ke titik nol.
Kalimat ini gw dapetin selama gw jadi bawahan dari creative director gw yang sekarang di kantor yang udah gw masukin selama setahun ini.
Jadi tadi gw satu tim ngebahas apa aja yang gw dapet dari seminar Citra Pariwara 2012 yang gw ikutin kemaren. Karena emang pada dasarnya gw ngira kalau apa pun yang gw dapetin dari momen seminar itu, harus gw maknai dengan baik.
Misalnya cerita tentang "loe gak bisa ngeluarin ide dalam waktu 3 detik, berarti loe gagal." Meskipun gw tau itu exaggerate dari cerita Mayan, ECD JWT China, yang menceritakan waktu dia jadi juri di Cannes Lion yang mengharuskan dia untuk mutusin entry yang masuk atau gak dalam waktu 3 hari, tapi gw yakin kalau di dunia ini semua gak ada yang instan.
Minimal gw harus tau esensi itu lahir dari mana. Lahir seperti apanya pun jadi agenda yang harus gw temukan. Pola pikir palin basic dalam bekerja sebagai pekerja kreatif adalah mengembalikan semua kepada esensi dari semua produk.
Basically, semua brand dan produk itu sama. Semua berkesempatan ngedapetin award. Tapi, dari mana gw berangkat itu yang harus gw maknai sebagai awalan. Awalan itu pun berupa ide yang mendasari itu semua.
Shortcut itu kadang bisa jadi gaya hidup, bahkan bisa jadi tabiat. Karena pada dasarnya setiap orang pengen ngedapetin kesuksesan dengan cara yang instan. Ngomongin momentum, semua harus kembali ke esensi apa yang dipunya dari setiap cara gw mengupas setiap permasalahan.
Emang step-nya jadi terkesan panjang, tapi gw harus yakini kalau gw harus ngelaluin itu semua. Kalau potong kompas gitu aja mah gampang, tapi pasti hasilnya gak baik.
Esensi itu adalah mengembalikan semua yang di awang-awang ke kodratnya. Untuk apa, bagaimana, kapan digunakan, atau isi/kontennya seperti apa. Nilai dalam mengupas segalanya itu akan muncul perlaan seiring dengan gw membahasanya secara mendalam.
Ini yang akan gw jadikan pola dalam berpikir. Semua harus dikembalikan ke dalam wujud dan fungsinya seperti semula. Dalam waktu berapa lama pun gw harus bisa menjadikannya itu sebagai sesuatu yang bermakna.
Sehingga hasilnya pun bisa berujung ke sesuatu yang baik. Esensi itu nilai, dan esensi itu kodrat. Award apa enggak, cuma masalah waktu, momen, dan persepsi.
Kemballi ke titik nol.
Comments
Post a Comment